Drama IPM
@ATF Spexsolid production 2013
Producer: Rima Irmansyah
Ditulis oleh:
http://fiyahsulaiman.blogspot.com
ANTARA
MITA, IPM, DAN PEMBINA…
Enam Tahun kebersamaan bukanlah waktu yang singkat. Banyak hal yang telah terjadi selama itu. Persahabatan dan keakraban antara kami. Ini adalah sepotong naskah drama ynag terinspirasi dari kisah nyata kami. Tidak terlalu menarik tapi layak untuk dikenang sebagai salah satu kejadian yang penah kami jalani bersama.
Inilah cerita kami...
Di suatu pagi
pada hari Jumat, Mita dan Ummu berjalan
menuju koperasi dengan santai.
Mita: (memakai
konde, baju ketat, rok jangkis, tidak pake sandal wajib dengan gaya cuek dan
rewanya)
Ummu: Ih, Mita…! Bahayanya ine! (menarik tangan
Mita, mengisyaratkan untuk berhenti berjalan)
Mita: Apa kah? Kenapai?!!
Ummu : Wee.. nyadarko duleh… Pedemu melanggar baru
adaki ini di depannya asrama 1!
Mita: Ededeh biarmi… pedeja saya memang toh…
Ummu: Ih, hati-hatiko! Nanti ditegurki sama kakak HA atau
ada jasus catatko. Apapi? Konde, kelihatan rambutmu, baju ketat, rok jangkis,
tidak pake sandal wajib tong mko… Untung tidak makan berdiriko sekarang. Ck ck
ck ..Tidak takutmu itu di’?
Mita: Tidakji itulah! Santai lalo mako! Malla’na kamma
de’eh!
Ummu: Janganmi padeng kalau tidak mauko dengarka’.
Mita: Ayomi deh Ummu pergiki ke kope…!
Ummu: Baah sabarko Mita! Ngapa lalomi ineh!
Keduanya pun pergi ke koperasi sementara tanpa mereka
sadari Pussy dan Rhyrii mengamati mereka.
Rhyrii: Ulhy,
kukira mauko cari jasus, liat saiko itu sana… catat lalo! Jasus Amniko toh?
Pussy: Ih,
iyo. Mita Fitriani Mansyur itu namanya toh? Deh pedenya mamo melanggar…
Rhyrii:
Makanya catatmi do’
Pussy: Baah, thanks nah Rhy..
Rhyrii: U’re welcome. Never mind.
Pussy: Kaumo kutulis sebagai saksiku nah..
Rhyrii: Sip, okemih.
Menjelang mahkamah…
Syifa dan Dian
mengumumkan nama pelanggar HA di ruang
informasi…
“Min kismiyatu
Amni ulaikahunna :
Al-fashlu
awwal… Minaffashlutsani…Minaffashlu
tsalis…, Mita Fitriani Mansyur, …”
Di Ruang Mahkamah
Mahkamah sedang berlangsung, Ratu, Nusya, Ana, dan Dilfit
sedang mengadili para pelanggar amni. Tak lama kemudian nama Mita disebut/panggil oleh Ratu.
Ratu: Aina
Mita Fitriani Mansyur?!
Mita: (mengacungkan tangan sambil menunduk)
Ratu: Do you remember what is your fault?!
Mita: (diam
semakin menunduk)
Ratu: Yesterday, in the morning.
Mita: (tetap diam)
Ratu: Why don’t you remember sista?!! You must remember
it! (meletakkan kertas jasus di meja guru kemudian mengadili pelanggar yang
lain)
Beberapa saat kemudian…
Ratu: (mendatangi Mita) Have you remember sista?
Mita: (tidak menjawab)
Ratu:Tatakallamiy!
Bisyur’ah! As’al ilaiki wa limadza la tatakallamina? Hah?
Mita: La a’rif ukhti.
Ratu: Limadza la ta’rifina? Non sense! La Takzabi…
Saking banyaknya mi itu pelanggaranmu sampai tidak kau tahu apa pelanggaranmu
di’?!!
Ratu:
Pelanggaranmu dek?!!! Dari ujung kepala
sampai ujung kaki, komplit! (melihat ke kertas jasus sebentar) konde,
baju ketat, rok jangkis, tidak pake sandal wajib. Mauko diapai dek? Digantung?!
Nusya: Ratu.. kenapa? Mita FItriani sedeng? (berjalan mendekati Ratu) (Ana dan Dilfit
juga ikut berkumpul)
Ratu: Iye’
kak. Liat saiki inie… (memperlihatkan
kertas jasus)
Ana: Astagaaa…
bisa-bisamu de’!
Nusya: Beh, langganan...Rajin sekaliko borong pelanggaran
di’. Bisako ini jadi ratu kismu
kayaknya.
Dilfit: Memang
ini Mita, kuliatki pake konde, baju ketat, rok jangkis juga melanggar waktu
makan siang kemarin. Kutegurko toh dek? Tapi diam jko. Kenapako begitu de’?.
Ratu: ih, Baruji
lagi kelas 3… rewana mamo…
Ana: We dek iyo?
Dilfit: Mengaku mko!
Mita: ih, tidak kak.
Dilfit: Apa? Tidak?! Dengan pedemu kau bilang tidak?!
Mita: Difitnah jka itu kak…
Dilfit: Jadi
kau bilangika juga bohong? ! Pikirki de’!
Mita: Betulanka’
kak… Ada temanku marah sama saya karna kucatatki pernah…
Nusya: Biar lagi itu difitnahko, siapa suruh selaluko
melanggar. Pasti pernah jko juga
melanggar… Jadi samaji intinya disini de’ tetap jko masuk kismu.
Ana:
(mengambil catatan jasus dan mencari nama jasus Mita) Urusanmumi itu kalo
banyak musuhmu. Kauji mungkin memang pernah cari masalah sebelumnya sama
dia. Lagian bukan kelas 3 catatko.
Ratu: Salah ya salah, We don’t need reason sistaa!
Dilfit: Jadi bagaimana ini de’?
Mita: Ada juga kak, anak kelas 2 yang dendam sama saya.
Ana: Alasanko! Bacrit sekaliko de’! Kentara bohongmu!
Karna kelas 5 yang catatko ini.
Ratu: Sudah jelas-jelas melanggar, masih mengelak lagi.
Tambah berat itu hukumanmu!
Ana: Biarmi bedeng tawwa kak.. supaya ada cleaning
service baru di ummul..
Ratu: Eah, bisalah suruh gantikanki piket saja di asrama
selama sebulan.
Nusya: Ededeh teja’ saya! Sampaitamo tamat!
Ana: Tapi jangan mko..
Lebih bersih ji caranya kelas 6 membersihkan... Sebagai ketua kebersihan tidak
setujuka…
Dilfit: Suruhmi saja bersihkan wc SMP do’. Bagaimana
Mita?
Mita: Kak, difitnahka itu..
Dilfit: Hmm menyangkal lagi…
Ana: Ededeh jang
mko do’ nda mauki itu mengaku! Pernahmi kusuruh bersihkan wc sepekan na
tappogek-pogekki sama hukumannya. Apalagi satu bulan, tidak mau memangki
mengaku.
Ratu: Panggilmi kak jasusnya suruh kasi kesaksian.
Dilfit: iyo nah, kupanggilkanko… (mengambil kertas nama
jasus di meja)
Nusya: Berdiriko diatas kursi deh Mita, angkat kakimu
sampai datang jasusmu.
Mita: (melaksanakan perintah Nusya dengan cemberut
terpaksa)
Nusya, Ana,
Ratu melanjutkan mengadili pelanggar lain.
Dilfit: (keluar ruangan) Adek.. adekk.. kau dua orang siniko dule.
Umi dan Tami
datang.
Dilfit: Adek
minta tolong panggilkanka Khalisah Ulimah sama A. Nur Azizah Fajry ke ruang
kismu sekarang nah.. Kalau bisa secepatnya…
Umi dan Tami: Iye’ kak. (mengangguk)
Dilfit: Oh iya, syukran nah de’…
Umi dan Tami: Afwan Ukhti…
Beberapa saat kemudian… Pelanggar yang tersisa di ruang
kismu tinggal sedikit, itupun sudah selesai diadili dan hanya menunggu giliran
untuk tanda tangan di buku pelanggaran. Pussy dan Rhyrii datang.
Pussy: Kak, dipanggil namaku sama namanya temanku ke
ruang kismu bedeng…
Naili: Hm? Siapakah namamu sama namanya temanmu?
Pussy: Khalisah Ulimah kak sama A. Nur Azizah Fajry
Naili: Oiyo.. tunggumi dulu dek nah (masuk ke ruang
mahkamah) Teman… siapa panggil Khalisah Ulimah sama Andi Nur Azizah Fajry?
Adami orangnya di depan…
Ana: Oh, datangmi? Suruhki masuk Naili…
Naili: Oke! (keluar)
Adek, masuk mko bedeng nabilang Ana.
Nusya: Syukran Naili
…
Naili: Baah afwan.
Pussy dan Rhyrii masuk ke dalam ruang kismu sedangkan Naili
kembali bercerita dengan Nujong dan yang lainnya.
Pussy dan Rhyrii: Assalamualaikum…
RNAD: Waalaikumsalam
Ana: Masukko dek
Nusya: Ade’
kau jasus sama saksinya Mita Fitriani toh?
Pussy dan Rhyrii: Iye’ kak
Nusya : Nabilang Mita Kau fitnahki bedeng…
Rhyrii: Ih tidak kak. Betulan. Saya saksinya Ulhy…
Pussy: Kak, tidak bakal kucatatji kalau tidak
melanggarki…
Dilfit: Itu Mita! Sudahmi kupanggilkanko jasus sama
saksimu. Apa lagi mau kau protesi?
Mita: Dimanaki
liatka kak melanggar?
Rhyrii:
Dimana-manalah, ka nupake itu baju di semua tempat.
Ulhy: Di depan kope, samako Ummu dek.
Ana: Kau
bilang tadi difitnahko karna dendamki jasusmu. Adakah masalahmu sama
mereka? Tidak adaji toh..? Kenapa kau bilang difitnahko padeng? Murni
pelanggaranmuji ini dek.
Nusya: Mentong
ini Mita! Mengaku lalo mko de’.
Mita: (diam)
Dilfit: Kreatifko dek cari alasan. Jangko pake
alas an mati. Basi sekalimi itu anak Ummul yang bilang difitnahji sama
jasusnya.
Ratu: Biasanya itu kalau difitnahko banyak orang catatko
baru itu-itu tonji pelanggaranmu. Tapi ini satuji, kelas lima lagi yang
catatko. Na Orang yang pake acara dendam itu palingan anak SMP. Anak kecil…
Nusya: Apalagi bukanUli jasus karna masuk kismu.. Sayaji
yang tunjukki…
Naili masuk ke
ruang kismu.
Ratu: bicarako de’…
Naili: (menghampiri Nusya) Nusya.. ada adek kelas nacari Mita di depan…
Nusya: Ha?
Siapa?
Naili: Tauk.
Anak kelas 3ji pokoknya juga. Kenapai Mita kah? Apa lagi pelanggarannya?
Nusya: Ine.. konde,
baju ketat, rok jangkis, sama tidak pake sandal wajib baru tidak mauki mengaku…
Naili: Ideh!
Iyo? Rewamu de’ ck ck ck…
Nusya: Adek kau yang di pintu jangko tinggal di situ
dek.. masukko..
Anti dan Tata saling sikut sebentar namun tetap berada di
depan pintu.
Anti: kak, ada pembesuknya Mita.
Ana: Ah, Janganko
dulu dek.. ! Lagi mengadiliki ini! Belumpi
mengaku Mita belah juga.
Tata: Tapi kak
dari tadimi ibunya menunggu.
Dilfit:
Maukokah keluar Mita?
Nusya:
dikasiko ini pilihan, plihmi, keluarko temui pembesukmu tapi diadili ulangko di
mahkamah berikutnya atau mauko selesaikan pengadilanmu hari ini juga. Seben
mami do’
Mita: (tidak menggeleng tidak mengangguk)
Ratu: Keluar mako do’ supaya pulang tongki kita
cepat-cepat…
Ana: Iyo do’ karna samaji kalau pengadilanki nanti lagi
pasti banyakji lagi orang catatko. Mending pergiko..
Mita : (masih diam)
Dilfit: Ndak maukokah keluar dek? Janganmi padeng.
Naili :
(keluar menuju tempat Anti dan Tata) pulang mko de’ bilangko sama macenya Mita,
tidak lamaji itu diadili Mita. Maumi selesai sisa tunggu mengakunya mami Mita.
Anti: Iye
padeng kak. Makasih banyak.
Naili kembali
ke tempatnya.
Tata: ih Anti,
tapi marah-marahki nanti macenya Mita. Mauki bagaimana bedeng?
Anti: Ih
biarmi deh Tata… Maukokah bilang sama kakak?
Tata: iyo
padeng, Tapi kau bilang sama macenya Mita nah.
Anti: iyoji…
Tata:
Assalamualaikum kak…
Semua: Waalaikumussalam wr. wb
Dilfit: Jadi dek? Kapan pko mau mengaku?
Ana: Adek! Lihatka! Bilangko yang sejujurnya. Melanggarko
toh? Tidak buta jki nah de’ Ditauji kau memang suka sekaliko melanggar.
Ratu:
Kenapakokah de’ tidak mau mengaku? Apa susahnya bedeng? Bilang mko saja “iye’
kak melanggarka’” terus dikasiko hukuman, pulangki terus ketemu tong mko do’sama pembesukmu.
Dilfit:
(mendekati Mita dan merangkulnya) Sebenarnya toh de’ gampang sekali ji kalau
mauko langsung dihukum. Tapi butuhki kejujuranmu de’
Mita: (diam)
Dilfit: Jujurko dek.. tidak kumarahi jko, ya atau tidak?
MIta: i.. iye’ kak…
Nusya: Akhirnya…
Ratu: Ih, mengakumi tawwa..
Ana: iye’ apa bedeng?!
Dilfit: Jangko dulu teman… Kasi kesempatanki bicara
baik-baik..
Mita: Tapi pake sandal wajib jka kak… Bohongki kak Ulhy
dengan kak Rhyrii…
Rhyrii: Pede-pedemu dek tuduhka bohong! Anak baik-baikka
saya nah..
Pussy: Ih dek, kauji itu suka bohong gang..
Nusya: Patotainya ine… nabilangi kakak kelasnya bohong.
Cari masalah mentongko de’.
Ratu: Jangan laloko bohong terus.. ndak capekko itu?
Ana: Aih, sudahmi teman! Tidak bakal mengakuki!
Langsungmi saja hukumki membersihkan wc
satu bulan!! (marah sambil memukul meja dengan keras)
Tiba-tiba Macenya MIta dating masuk ke ruang mahkamah dan
mengamuk.
Hera: Siapa yang larang saya ketemu sama anak saya?!!
Hah?!! Siapa?!
Nusya: Ih, tante tenangki dulu..
Hera: Diam!
Saya sudah menunggu dari tadi!! Saya pikir ada apa? Kenapa anak saya
lama sekali dating. Ternyata kalian yang tahan dan halangi anak saya ketemu
dengan saya! Kalian kira kalian siapa?! Kalian kira kalian siapa? Kalian itu
bukan Pembina. Kenapa kalian adili anak saya seperti ini? Kalian anak presiden pun
saya tidak peduli! Kalian tidak punya hak apa-apa untuk larang anak saya ketemu
saya.
Sementara itu beberapa teman yang lain berbondong-bondong
masuk ke ruangan ingin melihat Hera.
Ana: Tante, bisaji dijelaskan semuanya.. (baik-baik)
Hera: Apa? Tidak ada yang perlu dijelaskan. Sudah cukup
jelas kan kalau kalian yang salah?!
Ratu: Tante
tapi disini mauki luruskanki dulu bahwa kami… (tidak melarang anak tante untuk
bertemu…)
Hera: Tidak!
Saya tidak mau dengarkan penjelasan apa-apa. Saya tidak terima anak saya
diperlakukan seperti ini sama kalian.
Dilfit: Tante
minta tolong tenangkan emosita dulu…
Hera: Tidak!saya tidak bisa tenang ini. Pokoknya kalian
harus tanggung jawab atas apa yang terjadi hari ini!
Nusya: Tante,
kasi bicara temanku dulu…
Hera: Alah! Dari tadi kalian sudah banyak bicara! Kalian
itu bilang mau menjelaskan saja taunya.
Naili: Tapi
tante memang kita tidak kasi kesempatan temanku bicara. Belum apa-apa sudah
kita potong.
Hera: Sudah! Saya mau ambil anak saya pulang saja.
Dan ingat, saya akan laporkan kejadian ini pada Pembina kalian. Mita, ayo ikut
Mama…
Hera menarik
Mita keluar dari ruang mahkamah. Sementara yang lain hanya bisa membiarkan
mereka pergi.
Keesokan harinya Kabid dan sekbid HA beserta Staff Harian
dipanggil ke kantor. Akan tetapi Nusya dan Ana sedang bimbel.
Novi Rima Fijrah: Assalamualaikum…
Keken: Waalaikumussalam kenapaki nak? Masukki.
Novi: Ibu, tadi ada panggilannya kabid sekbid HA sama
staff harian ke kantor SMP. Kalau boleh tahu… Ada apa ibu?
Keken: Oh, barangkali
Bu Yuli yang panggil.
Novi: ibu,
kira-kira dimana bu Yuli sekarang?
Keken: Coba bedeng cari di dalam. Tadi bu Yuli di sana, siapa tahu masih ada. (sambil
menunjuk ke dalam kantor)
Novi: Oh iye. Makasih bu.
Keken: Ya, sama-sama.
Novi Rima dan Fijrah berjalan menuju ke arah yang
ditunjuk Kendy, dan Dante muncul dari arah t4 teh.
Keken: eh, ini datangmi bu Yuli.. Ibu, dicariki itu sama
anak-anak…
Dante: O. Datang mko anak-anak?
Novi Rima dan
Fjrah diam di tempat.
Dante: Duduk. (sambil duduk di samping Keken)
Dante: Mana ketua Bidang Hikmah Advokasi? Ada masalahnya lagi itu dengan orangtua santri.
Rima: Iye’
bu.. Ada bimbelnya siang ini…
Dante: Apa
lagi itu nabikin Ainun Sakinah kah? Kenapa sering sekali bermasalah?
Fijrah: masalah apa ibu?
Dante: Itu
tadi pagi saya dapat laporan dari orang tua santri. Katanya anaknya difitnah
masuk kismu baru disiksa sama bidang Hikmah Advokasi di ruang mahkamah. Saya
kira kalian sudah diberi tahu supaya tidak main tangan sama adek kalian?
Fijrah: Minta maaf sebelumnya ibu, Tapi setahu kami tidak
pernah ada kekerasan fisik yang dilakukan sama temanku seperti apa yang orang
tua santri tersebut laporkan. Selama ini di dalam maupun di luar ruang mahkamah
tidak terjadi penyiksaan seperti itu. Penyiksaan dalam arti apa maksudnya ini
kah ibu?
Dante: Kenapa tidak pernah? Kalau tidak pernah kenapa ada
laporan yang masuk? Orang tua santri itu sendiri yang marah-marah di kantor
tadi pagi karena katanya anakanya dikasari.
Rima: Dikasari
seperti apa ibu?
Dante: Yah, disiksa.. dibentak-bentak, dikasari,
diteriaki bahkan sempat main tangan.
Keken: tidak begituji mungkin ibu… Orang tua santrinyaji
mungkin yang melebih-lebihkan.
Dante:Tidak bu, memang ini anak-anak yang suka
macam-macam.
Keken: Begitu memang anak remaja bu, masa pencarian jati
diri, labilki.
Dante: Tapi pengadilan kan bukan untuk ajang sok-sokan?!
Keken: IYa bu, Tapi anak IPM kan juga baikji maksudnya
menegur pelanggaran adik-adiknya.
Dante: Tidak mesti pake dilarang ketemu pembesuknya
sampai berjam-jam toh?
Keken: (mengangguk-angguk mengalah)
Rima: Siapakah ibu namanya yang diadili pake kekerasan
itu?
Dante: Saya
juga tidak terlalu ingat. Miftahkah, Mirakah, MInakah atau siapa? Kalian
pimpinan IPM tidak tahu? Seharusnya itu kalian lebih tahu dari ibu.
Novi: Yang
mengadili waktu itu ibu bidang Hikmah Advokasi, mengenai ini kami tidak bisa memastikan.
Fijrah: Kalau
dengar-dengar sedikit pernahji ibu, tapi kalau keseluruhannya kami kurang tahu.
Jadi dari pada salah-salah yang dikasitaukanki sama kita…
Dante: Kalau
begitu saya tidak mau tahu, panggilkan Ainun ke sini! Atau sekertarisnyakah
atau kalau mereka bimbel, panggilkan saja anggotanya Hikmah Advokasi.. pokoknya
sekarang...
Rima: Iye’ bu. Kupanggilkanki’.
Dante: Sekalian pulang mako ke asramamu. Pusing kepalaku
liatko anak-anak.
NRF: iye’ bu.
Beberapa saat kemudian…
Syifa dan Dian: Assalamualaikum..
Dante: Waalaikum salam masuk
Syifa dan Dian masuk dan duduk di depan Dante.
Dante: Kalian tahu kenapa kalian saya panggil?
Syifa dan Dian: (mengangguk)
Dante: Saya panggil karna ada orangtua santri lapor
tentang masalah kalian dengan anak kelas 3. Kalian mengadili dengan cara kasar
sampai pake main tangan. Kalian tahu?
Dian: ih, ibu…
Dante: Apa ih ibu..? Sebentar-sebentar ada lagi masalah,
berurusan lagi sama orang tua santri. Kita mau jaga nama baik pesantren, Tapi
kalian malah merusak, berulah, bikin malu.
Keken : Sabarki bu.. Jangki terlalu cepat naik emosita…
sebelum didengarkan penjelasan dari dua pihak.
Dante: Bagaimana tidak marah kalau begini bu?
Keken: Bisa jadi toh tidak main tanganji tawwa bu, Cuma
salah paham saja…
Dante: Jangki
dulu bela anak-anak bu… Ndak bisa itu dipercaya.. (memalingkan wajah
meredakan emosi)
Keken: Bagaimanakah memangnya nak?
Syifa: Kurang ditau juga ceritanya ibu.. Karna waktu
kismu saya sama Dian tidak mengadili di ruangannya kelas 3. Baru cepat pulang
ruanganku ibu, sedikitji pelanggar kelas 4 & 5. Tapi bu,tidak pernah main
tangan temanku.
Dante: Kalian
juga tidak tahu?!! Astagaaaa….
Dian: Setahu kami bu, memang ada orang tua yang
marah-marah di ruangan na ancamki temanku bakal dilapor bedeng ke Pembina. Tapi
ndak ditau kenapa bisa? Selebihnya tidak
kutaumi bu.
Dante: Kenapa kalian tidak tahu semuanya padahal kalian
satu bidang? Tidak pernahkah rapat
koordinasi?
Dian: Baru mau
dibicarakan dalam rapat ini malam ibu…
Dante: Kalau begitu suruh semua yang ada dalam ruangan
kismu itu besok ke kantor. Saya mau
bicara. Panggil juga Novi.
Syifa: Iye bu, nanti kami sampaikan.
Dante: Pulang
mko.. Mauka juga pulang ini saya, sakit sekali kepalaku..
Dian dan Syifa:
Permisi ibu, Assalamualaikum…
Malamnya Novi,
Rima, Fijrah, Ratu, Nusya, Ana, Dilfit, Syifa dan Dian mengadakan rapat
tertutup di mesjid.
Novi: Assalamualaikum wr. Wb.
All: Waalaikum salam wr. Wb.
Novi: Mau dibuka
pake Muqaddimah dulu atau kah langsung mki saja mulai?
Dian: Langsungmi Nov…
Novi: (mengangguk) Oke, langsung mki saja nah kawan…
Ana: iyo. To the point mki
Novi: Disini
teman.. berkumpulki berapa orang? Satu, dua, tiga, … yah sembilan orang
dengan saya. Mauki ini dibicarakan masalahnya Hikmah advokasi. Nabilang bu Yuli
sama saya… Katanya.. katanya ini nah tidak kutuduhko. Saya percaya jko teman.
Tapi bu Yuli nabilang kalau kalian main tangan sama adek di ruang mahkamah
bedeng.
Nusya: Novi, begininah mauka perjelaski main tangan
bagaimana ini maksudnya? Perasaan selama periodeta’ tidak pernahka main tangan
sama adek kelas. Apalagi kodong anggotaku, palingan kalau emosiki pukul mejaji.
Padahal kalau mau dibilang menguras emosi sekali itu hadapi kelakuannya adek
kelas.
Ana: Iyo weh,
itu nah pas diadili Mita. Kalau bisa kukatto’ kepalanya kukatto’! patotoai
sekali! Tapi ndak. Karna kuingat jko Novi, Kuingatki temanta yang lain pasti
terbebani lagi kalau bikin masalahki. Pasti kalau sampai masuk kantor
masalahnya namarahiko, nasalahkanki juga Nusya . Padahal bukan kalian yang
memukul. Pembina mamo, marah-marah saja
kerjanya.
Novi: Kalian
juga tidak kasi tau kami tentang hal ini. Jadi pas ditanyaki sama bu Yuli tidak
bisaki banyak bicara ka tidak di tau juga permasalahan. Marahmi juga bu Yuli kenapa
beng pimpinan IPM tidak peduli sama masalah.
Dilfit: Ka
tidak mau jki kita besar-besarkan masalah, Novi.Lagipula tidak adaji
dirasa kesalahanta waktu itu jadi fine –fine jki. Orangtuanya ji Mita
itu yang langsung marah-marah di ruangan gang.
Ratu: Begini
kak Novi, Kayaknya memang perlu diverifikasi ulang ini laporannya adek kelas ke
ortunya. Karna saya adaja juga mengadili waktu itu. Saya malah yang pertama
adiliki Mita. Na kujamin tidak ada temanta main tangan.
Syifa: Iyo
gang, sudah mka juga bilang sama buYuli tidak ada temanta main tangan. Tapi
tidak napercayaiki belah bu Yuli. Untung di situ dibela jaki sama bu Pratiwi.
Fijrah: Baah
Syifa, kita juga dikasi begitu jki sama bu Yuli.
Rima: Bukan cuma itu bedeng yang napermasalahkan ortunya Mita. Anu juga,
difitnahki anaknya masuk kismu baru disiksaki anaknya, dilarangki ketemu
pembesuknya padahal lama sekalimi macenya Mita menunggu.
Dilfit: Astagfirullahalazim… Pallana bote’ itu anak satu!
Na kuliat tonji itu hari pake baju ketat, rok jangkis sama konde tingginya.
Tidak kulihat iya pake sandal apaki. Tapi kubilang saya ndak pake sandal
wajibki. Nabilangji juga Khalisah Ulimah dengan Andi Nur Azizah Fajry. Bisaku
itu lebih percaya sama Mita?
Ana: Baru weh
itu juga harus kau tahu Rima. Tidak dilarangji nah ketemu pembesuknya. Cuma dia
iyya lama sekali mengaku, lama tong mki adiliki.
Dilfit: Ada
adek kelas memang ke ruang kismu bilang ke Mita ada pembesuknya. Tapi waktu itu
mau mki selesai mengadili jadi dipikir tidak lamaji.
Nusya: Sudahmi
juga dikasikan pilihan, ketemu pembesuknya tapi diadili ulangki kalo mahkamah
selanjutnya atau diselesaikan pengadilannya hari itu juga. Mitaji itu diam
teruski jadi kubilang saya berarti tidak mauji keluar ketemu macenya dulu. Di
lanjutkani pengadilan…
Dian: Itu bilangja’
terlalu lebbayki itu do’ bu Yuli tanggapi laporannya orang tua santri.
Fijrah: Iyo, memang itu do’ lebbay sekali.
Nusya: Mentong!
Ratu:Atau orang tua santrinya mungkin yang lebbay?
Syifa: Atau barangkali adek kelas yang terlalu banyak
melapor salah ke macenya.
Ana: Ah, Intinya di sini bukan kita yang salah sepenuhnya
gang!
Yg lain: (ribut bersorak) baah/ betul/ setuju/ iyo gang/
huuu/dll
Novi: Teman, bisaki tidak terlalu ribut? Masjid ini…
(berusaha menenangkan)
Fijrah: We, we, we temaan… diamko dulu semua. Tabe’. Na
tegur mki gubernurta’…
Rima: Iyo teman, ndak bisakah rapatki satu kali tanpa
bersorak-sorakmu semua?
Semua: (berusaha tenang dan saling ber sst-an)
Novi:
Selesaimi ributmu? (memandangi seluruh anggota rapat)
Fijrah: Selesaimi (suara takut-takut bicara dan yg lain
diam)
Novi: Teman..Kan ditaumi kalau tidak benar itu laporannya
adek kelas dan ortunya. Sekarang… Apa yang mau kau lakukan semua untuk
selesaikan ini masalah? Maukokah ketemu Ibunya Mita? Atau bagaimana?
Ratu: Kubilang saya toh kak Novi, haruski selesaikanki
ini masalah satukaligus di semua pihak.
Syifa: ih,
Ratu.. Nassangmi itu. Tapi masa ketemu semua pi pihaknya baru diselesaikan?
Mending toh fixkanmi dulu masalahta’ di kantor sama Pembina. Karna bu Yuli
napanggilki HA yang ada di lokasi sama Novi ke kantor besok. Mauki bicara
bedeng sama yang terlibat di ruangannya Mita.
Ratu: Bolehji
juga.
Dian: Supaya
enakmi juga kalau masih komplainki ortunya Mita… Tidak terbebani mki sama ancaman atas nama Pembina.
Fijrah:
Bagusji kalau selesai satu kali pertemuan, kalo tidak?
Rima: Dicobami
saja toh, siapa tahu berhasil. Kukira na bela jki juga bu Pratiwi?
Nusya: Teman
lamamu… cepat mko ambil keputusan deh.
Capekka ini bimbel dari siang sampai sore. Mengantuk mka kasian…
Syifa: Iyo
teman percepatmi rapatta.
Ratu: Begini
padeng, siapa yang setuju kayak tadimo?
Rima: Sayaa setujukaa.. (acung tangan)
Novi: Saya juga setuju jka..
Nusya: Yyo, saya juga ..(acung tangan)
Dilfit: Setuju.. (acung tangan)
Dian: Biar tidak adami alasannya orangtua jo’joki ki’
lagi do’ teman
Fijrah: Haruski paeng usahakan selesaikan ini masalah di
Pembina secepatnya. Baru panggil juga Mita, kalau seles masalahta besok, baruki
bicarakan lagi sama ibunya Mita.
Dilfit: Novi, itu juga. Panggil tongmi sekalian
jasus&saksinya Mita biar tidak nabilangiki ibu menambah-nambah atau pun
mengurangi cerita.
Rima: Bagus
juga kalau ada bu Pratiwi Quenta Maharani.
Novi:
(mengangguk ) Jadi kesimpulannya besok
rapatki nah sama bu Yuli, Mita, saksi/jasusnya Mita dan kalau bisa ada
bu Pratiwi.
Semua: Iyo/
Baah/ OKemih/ Yoi/Sip deh/dll
Novi: Sekian
rapat kita hari ini. Nuun wal qalami wa maa yasturun. Nuun Demi Pena dan
apa yang dituliskannya. Assalamu akaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semua : waalaikumussalam wr. Wb.
Keesokan harinya…
Di kantor, Novi , Ana, Dilfit, Dante,Keken dan Mita
berkumpul untuk rapat. Keken sehabis berbicara dengan Mita.
Keken: Assalamualaikum wr. Wb.
Semua: Waalaikumussalam wr. Wb.
Keken: Baik. Bismillahirahmanirrahim. Meskipun belum
semua peserta rapat hadir, namun untuk mengefisienkan waktu ada baiknya kita
mulai rapat ini secepatnya. Dipersilahkan kepada ibu Yulianita untuk memimpin
rapat ini.
Dante: Baik. Terima kasih bu Pratiwi… Mana ketua HA,
Ainun Sakinah?
Novi: Pergi panggil saksi dan jasusnya Mita ibu.. Tapi
adaji sekertarisnya.
Dante: Mana sekertarisnya?
Ana: (mengangkat telapak tangan) Saya bu..
Dante : Oh ya, disini saya mau kalian kemukaan pada saya
apa yang menyebabkan masalah ini terjadi.
Ana: Awalnya toh bu, pengadilan jaki seperti biasa. Terus
Mita banyak sekali pelanggarannya tapi tidak mauki mengaku. Jadi dipanggilmi bu
saksi dan jasusnya… Disuruh mengaku tetapki mengelak jadi emosi mki ibu. Tapi
tidak dikasariji bu, marah-marah jki saja. Eh, tiba-tiba langsung macenya MIta
dating ke ruangan marah-marah.
Keken: Tidak adakah pemanggilan pembesuk sebelumnya?
Dilfit: Iye? Tidak
kedengaran ibu..Tapi adaji temannya datang panggilki… Sudahmi dikasi kesempatan
untuk keluar tapi Mitaji yang tidak mau keluar.
MIta: Karna takutka kak nanti kalau keluar dimarahika
gang.
Dante:
E,Kenapa dimarahi kalau tidak salah?
Ana: Jangko
kau sembarang nubilang dek! Dikasi jko pilihan! Bahkan saya kusuruh jko toh
pergi ke pembesukmu!
Mita: Ededeh
kak, Tapi ndak mauja masuk kismu lagi. Sakit diduduki tanganta’.
Dilfit: Resikomumi
itu dek. Makanya janganko melanggar.
Ana: Lagian perasaan selalu memang jko masuk mahkamah..
Keken: Sudah.. sudah. Bukan begini caranya menyelesaikan
menyelesaikan masalah. Cuma salah pahamji ini sebenarnya… Bisaji dibicarakan
baik-baik tanpa harus saling menyalahkan.
Dante:Kalian juga anak IPM, Marah-marah itu bukan cara
menegur yang baik. Tidak bisakah ditegur saja baik-baik.. ? Tidak usah
sok-sokan mentang-mentang kalian IPM.
Novi: Ibu,
saya rasa terbawa emosi itu wajar. Selama kami tidak main tangan hal itu dapat
dimaklumi. Dalam mengadili bu… Kan ada berbagai macam karakter yang dihadapi… Ada
yang baru dimarahi sedikit saja sudah menangis, ada juga yang biar dihukum naik
mimbar tapi tidak kapok, bu.
Dilfit: Kalau
tidak macam-mcamji kelakuannya adek kelas tidak dimarah-marahi tong jki itu
ibu.
Keken: Itu bu,
janganki tawwa terlalu curigai anak IPM. Hati-hatiki juga sama laporannya
orangtua santri. Siapa tahu tidak benar atau salah pahamki.
Sementara itu
Nusya Ratu Pussy dan Rhyrii tiba di
kantor.
NRPR:
Assalamualaikum wr. Wb.
Semua:
Waalaikumussalam wr. Wb.
Keken: Udhulna…
Keempat orang itu masuk.
Ratu: Ibu, ini
jasus sama saksinya MIta waktu itu.
Dante: Duduk
mki dulu baru ceritakanka apa yang kita tau…
Kempatnya
duduk.
Dante: Cerita
maki..
Rhyrii:
Melanggarki MIta bu, trus dicatatki. Baru nabilang sama kakak IPM bohong-bohong
jka sama Ulhy tulis jasus untuk fitnahki.
Nusya: Iye’
bu. Pede sekali… Takutji itu dihukum
kalau mengakuki.
Keken: Aih, kenapaki begitu Mita?
Dante: Apa memangkah pelanggarannya?
Pussy: Konde, kelihatan rambut, baju ketat, rok jangkis,
sama tidak pake sandal wajib, bu.
Dante: Iya Benar?
Mita: (diam perlahan mengangguk)
Dante: Hhhssh
Keken: Terus kita Mita, kenapaki melapor sama mamata’?
Mita: Tidak melaporka ibu.
Dante: Apaji padeng dibilang ke orangtuata’?
Mita: tidakji ibu.
Dante: Kenapa tidakji na marah-marah sekali kuliat
mamata’ waktu datang ke kantor?
MIta: Ih tidakji bu… Tidak kutau juga kenapa na langsung
marah-marah maceku bu. Kubilangji saja waktu di ruang informasi “kenapaki ma’”
Tapi namarah-marahika juga. Jadi diam mka bu.. Baru sudahnya nakasikanka uang
pulangmi langsung. Waktu dating juga ke kantor ibu, tidak ketemuka.
Ana: Ada barangkali masalahnya bu… Jadi na tumpahkan kemarahannya di sini…
Dante: Oooh..
Jadi emosi memangki di’?
Novi: Iye ibu,
jadi kasi damaimi ini
Keken: Bagaimana IPM?
Mau jko damai toh?
Dilfit: Iye ibu.. Tapi haruski Mita janji tidak naulangi mi lagi ini
Keken: Yang lain bagaimana?
Ana: IYe bu asalkan tidak diulangi
Ratu: Kalau saya pemaaf jka ibu jadi ndak apa-apaji
NUsya: Baah
ibu, biarki kita sangar tapi cinta damai jki.
Dante: Mita
bagaimana?
Mita: iye’ bu
tidak kuulangimi lagi
Dante: Iyaa,
maaf-maafan mko padeng, janganko lagi
bikin masalah nah..
Keken: Tafaddal Novi, Ratu Nusya, Ana, Dilfit, kelas 5…
Siapa lagi namanya? Rhyrii… Ulhy…?
Novi: ih ibu, ndak bermasalah jka saya…
Dante:
Biarmilah, salam-salaman mko saja semua.
Mereka akhirnya saling bersalam-salaman.
Keken: Jadi sudahmi toh? Selesaimi masalah? Jangan lagi
ada diungkit-ungkit supaya tidak timbul rasa marah dan dendam lagi.
Semua: Iye’
bu…
Dante: Baik.
Sekian pertemuan kita hari ini. Nuun wal qalami wa maa yasturuuuun. Nuun Demi
Pena dan apa yang dituliskannya. Assalamu akaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semua:
Waalaikumussalam wr. Wb.
Beberapa hari
kemudian…
Hera membesuk Mita di pesantren dalam keadaan mood yang
sudah membaik. Terlihat Mita, Selpi dan Kim berjalan dari asrama menuju ruang
informasi. Disana Hera duduk sambil
tersenyum menyambut kedatangan anaknya.
MIta: Maa…(sambil menyalami)
Kim dan Selpi: Assalamualaikum tante… (menyalami Hera)
Hera: Waalaikumussalam ..Ini Mita kenapa tidak salam?
Mita: Iye’
padeng ma’ Assalamualaikum..
Hera: Waalaikumussalam
wr. Wb. Ya begitu dong.
Mita: Ma’ mau
miscall temanku nah…
Hera: Baah.. Ini (menyodorkan hp)
Mita memberikan hp kepada Kim dan Selpi kemudian duduk di
dekat ibunya.
Kim: Thanks nah MIta, …
MIta: Iyoo..
Selpi: Makasih tante…
Hera: Iya,
sama-sama.
Mita: Ma’, mauki minta maaf kakak kelasku.
Hera: Oh baguslah
Mita: Ih, kita itu gang ma’… Kenapaki langsung
marrang-marah di ruang mahkamah? Malu-maluka gang…
Hera: Oo.. iyo, lagi emosika itu hari. Capekka itu hari
pulang kerja, banyak sekali pekerjaanku. Belumpi itu adekmu ada masalahnya di
sekolah… bertengkarki sama anaknya kepsek.
Tambah lagi kau… dibesukko na tidak muncul-munculko. Bagaimana tidak
mendidih darahku kalau begitu? Pas
nabilang temanmu ndak bolehko dulu pergi temuika langsungma’ pergi di kelas
marah-marah.
Mita: Jadi mau
jki ini maafkan kakak kelasku toh?
Hera: Ndak
taumi nantipi dilihat
Mita: ih, Mama
tooh…
Hera: Karna
kakak kelasmu iya, kenapa nalarangko bedeng dibesuk? Capek tongma gang
dating ke sini jauh-jauh! Masa’ tidak ketemuka sama anakku?
Mita: Karna tidakji tawwa ma’.. nasuruhja’ pergi ke kita
tapi saya tidak mau ka kukira tidak buru-buru jki kayak biasanya. Tidak mauja
juga diadili ulang gang… Bertumpuk-tumpukmi hukumanku belah dari ibadah bahasa
sama PIP juga.
Hera: Ih.. iyo?!
Mdedeh Kenapako tidak bilang sama Mama waktu itu? Sudah tongmi kulapor ke
pembinamu.
Mita: Kita itu langsung jki pergi sudahta’ kasika uang
jajan sama makananku.
Hera: karna
buru-buruka… Ada rapatku jam lima.. baru jam berapami waktu itu…
Kim: Tante ini hpta’ makasih banyak
Hera: yaa.. masama
Mita: Ma’ pergika dulu padeng panggil kakak kelasku yang
kita marah-marahi waktu itu nah…
Hera: Iyo..
cepatko nah…
Nusya, Ana,
Ratu Dilfit dan Mita datang.
Mita: ma’ ini
kakak kelasku datangmi
Hera: Oh iya
siniki nak
Nusya Ana Ratu
Dilfit: Assalamualaikum tante..
Hera:
Waalaikumussalam wr. Wb.
Nusya: Jadi
begini tante, mungkin sudahmi dijelaskan juga sama Mita kalau kami bermaksud
untuk minta maaf atas kejadian beberapa hari yang lalu.
Hera: Aduh
saya juga minta maaf ini nak. Sudahmi
naceritakanka Mita yang sebenarnya. Salahpahamka disitu kasian, kondisi
tubuh kurang fit terus ada juga banyak masalah yang lain. Buru-buruka juga mau
hadiri rapat.
Dilfit: Iye
tidak pa-pa ji tante…
Hera: Tante
pikir kalian larang anak saya dibesuk padahal itu saya tunggu dari jam setengah
4. Dan pas saya datang saya dengar suara pukulan meja. Ya, saya langsung emosi.
Maaf ya nak.
Ana: Iye tante, kami juga minta maaf sama
tante.
Hera: Kata temannya Mita, dia diadili sama kakak IPM…
Kalau boleh tante tahu, memangnya kenapa kalian adili Mita?
Nusya: Tante, disini kalau ada pelanggaranta’ memang
diadili. Kalau tidak begitu tidak bisa tertib nanti anak Ummul tanpa
pengawasan…
Hera: Apakah
pelanggarannya Mita?
Ratu: Iye,
tidakji tawwa tante…
Hera: MIta…
apa pelanggaranmu nak?
Mita: (tidak menyahut hanya menunduk)
Hera: Jawaab
Mita..
Ratu:
Selesaimi pengadilannya tawwa tante… Nalaksanakanmi juga hukumannya…
Hera: Ndak
apa-apaji nak, bilang mki saja.. Mau ja tau bagaimanaki Mita di sini..
Dilfit:
Pelanggaran biasaji tawwa tante..
pakaian. Bukan ji masalah HP, bicara kotor, atau makan-minum berdiri.
Hera: Nantipi Mita kubelikanko pakaian besar supaya tidak
masuk kismuko lagi. Ini pakaianmu dari SD kekecilanmi kenapa masih kau pake?
Perasaan banyakji pakaian kubelikanko nak…
MiTA: Iye’ ma’
tidakmi nanti.
Ana: Tidak
naulangimi tawwa tante sudahmi berjanji. Buktinya kemarin tidak adami namanya
di kismu.
Hera:
Alhamdulillah… Oh iyo padeng, salimko dulu sama kakak-kakakmu ini… Minta maaf
Mita: Sudahmi pernah
ma’
Hera: Eh, biar
itu sudahmi. Ulangi di depannya Mama’!
Mita: Iye’
paeng.
Kembali mereka
bersalam-salaman dan bermaaf-maafan di ruang informasi.
Ana: Tante,
kami juga mau minta maaf sama tante… sekalian pamit.
Nusya Ana Ratu
Dilfit menyalami Hera.
Hera: OH iya,
Tante minta maaf juga yah nak.. memang ini anaknya Tante suka cari sensasi
barangkali. Jaga-jaga kodong ini adekmu di’ nak…
Dilfit: Iye’
tante..
Nusya: Tante
tabe’ mau permisi dulu.. Assalamualaikum
Ratu Dilfit
Ana: Assalamualaikum Tante…
Hera dan Mita:
Waalaikumussalam wr. Wb.
Mereka lalu pulang ke asrama bersama-sama.
_Selesai_
awwehh kimmalu nah dehh, saya poeng jadi tante :P
BalasHapus