Biologi dan kehidupan :)

Biologi dan kehidupan :)
Rerumputan hijau diterpa matahari yang menyembul di balik awan

2013/09/01

Peran Generasi Emas Memajukan Bangsa

Tema: Kontribusi Untuk Bangsaku

Peran Generasi Emas Memajukan Bangsa
Oleh: Nur Afiyah Sulaiman

Indonesia. Sebuah Negara berkembang yang baru saja mengalami inflasi, lagi… dan lagi… Dimana-mana kita akan mendapati betapa pemberitaan-pemberitaan tentang para pemimpin bangsa yang sudah terlalu banyak yang mengecewakan kita. Koruptor merajalela, Kolusi menganak akar,  dan Nepotisme pun tak dapat dibasmi begitu saja. Sehingga meskipun bertumpah ruahnya berita tentang kebobrokan itu, kita tak lagi merasa ada yang salah. Bahkan yang awalnya gundah gulana melihat berbagai ketidakadilan dan betapa mirisnya negeri ini mulai muak menelan berita-berita semacam itu, saking banyaknya.
Apakah itu gambaran sebuah negeri bernama Indonesia yang kita tinggali? Negeri elok nan kaya yang dijuluki “The Emerald of Khatulistiwa” atau yang biasa disebut juga dengan “Zamrud Khatulistiwa”. Negeri yang memiliki ratusan suku budaya beragam yang begitu istimewa.
Ya. Itulah negeri kita… Negeri yang memiliki banyak keistimewaan dan sumber daya alam yang berlimpah namun disia-siakan oleh bangsanya sendiri. Coba tebak mengapa itu terjadi?! Kurangnya SDM (Sumber Daya Manusia) merupakan masalah utama negeri ini.
Negara ini butuh inovasi. Akan tetapi selama puluhan, ratusan bahkan berabad-abad jika dihitung semasa penjajahan Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang Negara ini tetap saja ben=rgantung pada Negara lain. Kita hanya berfokus pada konsumsi teknologi sementara mengabaikan pengembangan teknologi. Menjual minyak mentah untuk diolah oleh bangsa lain kemudian membeli bahan bakar tersebut lagi dari mereka dengan harga yang jauh lebih mahal. Oh. Betapa bodohnya para penentu kebijakan di atas sana.
Teknologi-teknologi maupun berbagai penemuan sains yang telah menelan biaya begitu besar justru terkadang hanya dibiarkan begitu saja, hanya berdebu di perpustakaan tanpa adanya implementasi kongkrit untuk mengaplikasikannya.
Sebenarnya sangat banyak pemuda-pemuda Indonesia yang memiliki potensi-potensi untuk mengembangkan negeri ini. Hanya saja mereka tak bisa berbuat apa-apa saat orang-orang serakah yang duduk di jabatan tinggi pemerintahan tak menggubris ide-ide mereka demi uang dan kepentingan pribadi mereka. Atau mereka justru terhanyut dalam keadaan lemah tak berdaya melawan arus kuat dari “lingkaran setan” birokrasi yang telah mengepung Negara ini. Atau yang lebih menyakitkan lagi, berkhianat pada negeri sendiri untuk memajukan bangsa lain.
Maka oleh karena itulah sangat penting bagi kita untuk menyadari seberapa penting peran generasi kita dalam kontribusi kita untuk bangsa ini. Apa yang harus kita bangun untuk mencapai itu semua. Apa yang harus kita pahami agar kita tetap konsisten dalam perjuangan melanjutkan pembangunan bangsa kita, bangsa Indonesia tercinta.
Sebagai salah satu mahasiswa, saya sangat bangga ketika dulu Sumpah Pemuda diikrarkan. Yaitu disaat seluruh pemuda Indonesia bersatu mengikrarkan untuk memerdekakan Indonesia. Tanpa membedakan ras, suku, serta budaya mereka berjuang untuk tanah air tercinta ini.
Akan tetapi menurut saya adalah perlu untuk mengingatkan kembali. Bahwa prestasi dan hasil kerja keras tersebut lahir dari perjuangan dari banyak orang. Adanya Sumpah Pemuda  bisa dilakukan karena adanya rasa kebersamaan yang kuat untuk memerdekakan Indonesia.

Namun bagaimana dengan sekarang? Kalau saya boleh berpendapat, mungkin sekarang rasa kebersamaan dikalangan pemuda dan mahasiswa sudah mulai luntur dan berkurang. Rasa keegoisan lebih diutamakan ketika permasalahan yang ada itu muncul, emosi yang memuncak ketika permasalahan yang ada itu tidak terselesaikan.

Lihat saja fakta yang ada sekarang, pemuda antar kampung, mahasiswa antar mahasiswa terlibat tawuran. Apabila dilihat dari permasalahan yang timbul sebenarnya sederhana, yakni lebih mengutamakan rasa egois dan emosinya bukan kesabaran serta pengendalian diri yang dikedepankan.

Cobalah untuk berintrospeksi sejenak, sudah sejauh mana kita sebagai pemuda berkontribusi untuk bangsa ini, sudah sejauh mana kita sebagai pemuda membantu bangsa ini keluar dari keterpurukannya.
Marilah kita generasi muda melakukan kontribusi-kontribusi untuk bangsa Indonesia tercinta ini. Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau membanggakan bangsa ini??? Kalau bukan kita, siapa lagi yang menolong bangsa ini??? Dan kalau bukan kita siapa lagi yang akan membangun bangsa Indonesia ini???

Cobalah kita tengok betapa banyak potensi-potensi Negara kita… Dari aspek pariwisatanya, kekayaan alamnya, keberagaman budayanya, lokasinya yang strategis, musim tropis yang sangat menguntungkan tidak hanya bagi para petani namun juga bagi seluruh penduduknya, wilayah kepulauannya, dan masih akan sangat banyak lagi apabila kita mau menemukannya.
Tak perlulah jauh-jauh untuk mengamati Bali, Toraja, dan wilayah-wilayah lain dari Indonesia yang termahsyur seantaro mancanegara. Kita amati saja dulu betapa kayanya Makassar… sebuah kota di kawasan Indonesia Timur yang biasa juga disebut dengan Kota Daeng ini. Cobalah kita bertanya pada kakek dan nenek kita seberapa penting bagi mereka perjuangan mempertahankan kemerdekaan di bumi Angin Mammiri. Apakah kita lantas tak tergugah untuk memaknai dan menghargai jasa-jasa para pejuang yang gugur di tanah ini?
Amatilah keberagaman suku-suku  di  Sulawesi Selatan  seperti suku Makassar, Bugis, Toraja Mandar, dan lain-lain yang hidup bersama dalam suatu harmoni di kota ini. Apakah itu tak cukup dapat diperhitungkan sebagai kekayaan budaya?
Kemudian hitunglah  berapa banyak objek wisata yang bisa dikunjungi… Pantai Losari, Pantai Akkarena, Fort Rotterdam, Somba Opu, Bantimurung, Pantai Akkarena, dan banyak lagi termasuk Trans Studio Makassar yang termasuk sarana bermain indoor (Indoor Theme Park ) modern yang terbesar di Indonesia Timur.
Terlalu banyak potensi yang kita miliki yang seharusnya bisa dioptimalkan agar kita bisa menjadi Negara yang lebih maju. Lalu kurang cukup apa lagi negeri kita untuk bisa kita bangun menuju peradaban yang lebih maju? Hanya kurang kemauan dan akhlak. Kita hanya bisa berorientasi pada dunia tanpa memedulikan sisi agama. Negara-negara seperti di Eropa, Australia, Jepang, Amerika, dll. menjadi maju karena mereka meninggalkan kitab mereka. Sedangkan kita terpuruk dalam tempurung seperti ini karena kita meninggalkan Al-Qur’an.
Andai saja para generasi muda dapat memahami itu dan dapat dibina semaksimal mungkin agar kita dapat mencetak generasi emas pelanjut bangsa yang unggul dan diharapkan. Tentunya kita boleh tersenyum mendengarnya diantara sekian berita buruk lainnya dari negeri ini. Akan tetapi apakah generasi emas pada jaman kekinian telah mencakup kapasitas tersebut atau belum. Entahlah. Kita hanya bisa berdoa dan berharap agar suatu hari nanti kita, sebagai generasi pelanjut dapat memegang peranan penting untuk kebaikan bangsa ini dan bukan justru sebaliknya. Amin ya rabbal alamin.

Makassar, 1 September 2013
Nur Afiyah Sulaiman
http://fiyahsulaiman.blogspot.com
dibuat dalam rangka rectcruitment UKM KPI Unhas