Biologi dan kehidupan :)

Biologi dan kehidupan :)
Rerumputan hijau diterpa matahari yang menyembul di balik awan

2010/12/03

Dare to Fail

Biarkan untuk sementara,
Katakan kau tidak mencintaiku
Lalu teruslah bermimpi menampikku
Tapi aku tak pernah menyerah!
Berharap dalam diamku..

Terima kasih atas penolakanmu,
Walau itu tak langsung
Tapi kau buatku
Tak mau berhenti..
Tak sudi berhenti mencintaimu!
#daretofail

2010/11/20

Teman Kamarku


Kemarin, aku nelpon Fhyna dan bicara tentang semua hal antar kami, dan SpeXsolid..
Fhyna terenyuh dan mau nangis
Malamnya, aku mengingat semua kenangan lagi...
tak terasa jiwaku bergelora dan ingin memulihkan keadan..
Aku tahu hari ini dan esok aku akan terus maju ke waktu yang terus bergulir...
Dan aku mengerti kalau keadaan saat ini bukanlah sesuatu hal yang pantas disesalkan..
tapi aku tak tahu mengapa setelah mendengar kata2 Fhyna aku mengerti bahwa hatiku juga ingin kembali ke masa sedia kala ketika Spexsolid masih utuh..
Walaupun sekarang pun aku tetap sama sayangnya pada laskar yang telah berubah kostum..
Aku juga tahu, Spexsolid yang sekarang tetap aku banggakan, bahkan lebih ku rindukan karena aku baru menyadari kehilangan..
Satu per satu bayang menyelusup kalbuku...
ku ingat satu-satu teman kamarku..
kamar 3 asrama 5 lantai 2 yang secara ajaib nasib membawaku pada kamar yang cuma beda satu dengannya,
kamar 2 asrama 4 lantai 1

yang telah melang-lang buana...
1.Fhyna, atas ranjangku setahun penuh, sesama pecinta biru, sesama mata empat, sesama pintar merangkai kata [GR], sesama berkulit kuning lansat [GRku lagiii.. haha], sesama orang ondeng [kidding fhyn,,], pokoknya orang yang peduli banget deh ama aku..

2.Shafwa, selalu baik dan jadi peri penolong buatku selama bertahun-tahun ini, suka membantuku dalam keadaan kuminta maupun tidak, dan tidak ikut campur dalam keusilan yang dibuat teman kamarku yang lain..

3. Nunu, sering banget jadi orang yang paling pengertian atas apa yang ada di dalam pikiranku [bisa kayaknya na baca pikiranku], orang yang paling pintar menebak lalu menyebar rahasiaku, juga jadi yang paling kukuh menguras kilat isi boksku..

4. Nanda, sering membantuku, dan memaksaku mengakui kalau dia ngak pernah menggangguku, serta kadang menyuruhku untuk cuhat ama dia..

5. Sarah, kerjanya akhir-akhir masa putih biru itu ngeluyur ke kamar sebelah, tapi jujur kadang dia juga baik dan menyenangkan [dat marah jko Sarah ku bilang begini?]

6. Rika, sang samsonwaty yang merangkap jadi juru tulis dan tukang gambar sekaligus di kamarku. Multifungsi ini sering dikenang kalau galon datang dan aku kewalahan.Tapi selain itu, juga jadi yang terheboh dan suka menciptakan masalah buatku..

Tapi yang lebih lagi adalah teman-teman kamarku yang lanjut, yang masih juga melanjutkan kegiatan menindas secara kejam mereka tak jenuh-jenuh dari tahun 2007 hingga kini..
1. Fikha, teman samping ranjangku yang kerajingan dan hobbi membaca buku pusaka karyaku seperti dia membaca novel. Heran, kenapa sih bahagia banget mengincar mangsanya sejak satu artikel berharga nampak telah selesai kuukir di kertas. Gemas banget rasanya dibegitukan sama sahabatnya Mega ini. [peace] Dia sih curhat juga ama aku, tapi karena dia bukan introvert, jadi tidak ada yang bisa jadi rahasia. Beda tuh ama aku..

2. Fuah, mantan teman duduk yang ada di bawah ranjangku ini adalah lawan adu argumen dan kawan berkelahiku hampir saban hari. Paling doyan tuh kalau lihat aku pontang-panting compang-camping memarahinya..

3. Aulia, si ketua kamar yang bukannya menengahi, malah ikut ambil adil besar dalam proses penggeledahan kitab-kitabku. Meski jujur aja, dia juga jadi yang paling perhatian terhadap hal-hal sepele tentangku.. [sori klu itu trnyata cma aku y GR dan ngak gitu knyataannya]

4. Iymha, waduh kayaknya mesti aku teplokin kepalanya Iymha pake panci...[kidding kog] Lagian, nyaris tiada hari tanpa PUKULAN MANIS dan PERMEN PEDAS tanpa sebab musabab yang dilayangkan darinya tak bosan jua..

5. Tamhy, aih, tak perlu dikata, kalau orang ini tidak menjadi anggota laskar usil. Mentang-mentang tapak suci, napasareang mki jurusnya. Tapi kalau kubiarkan aset-asetku direbut begitu saja, anda salah. Walau dengan lemah dan rapuh, ku kan menerjang meski bila kalut aku cuma bisa jumpalitan, berguling-guling serta beratraksi menghadapinya.

6. Rofiqah, meski jarang-jarang terjun ke medan, dia juga pernah mencorat-coret, mengukir sana sini karya ciptaannya di kayu-kayu ranjangku. Strees! tiada jenuhkah mereka memandang ranjang penuh tinta spidol, pupen, dan pensil segala jenis, segala merk yang tercipta di kamar 3???

7.Irmayanty, biarpun baru sah menjadi anggota kamar kami pada tahun 2008, aku menganggapnya sama seperti teman kamarku yang telah empat tahun kami bersama [ceileh..] Lagi pula karakter manja dengan pipi chubbynya itu, Irma makin menggemaskan dengan segemas-gemasnya. Dan orang paling tinggi semampai di kamarku inilah yang paling Fhyna rindu. Tapi apa daya, jarak yang jauh membentang. Dipisahkan oleh perbedaan daratan [baca:pulau] dan dijauhkan oleh hamparan laut jawa yang membentang.


Arggghhh..
sudah.
sudah..
sudah...
aku sudah tidak sanggup mengetik lagi..

2010/09/30

Tinggi Bagai Bintang Bukan Awan

Dalam sebuah mahfuzat dikatakan,

Rendah hati, dan jadilah bintang yang menjulang di langit. Walau dalam bayangan air sekalipun ia tetaplah menjulang tingg. Dan janganlah menjadi awan yang terbang ke langit. seakan-akan tinggi, padahal tidak ada isinya apa-apa.


Bintang.
Saat malam tiba, ketika kegelapan menyelimuti penduduk bumi, ia berkelap-kelip menerangi langit. Ia adalah sumber cahaya yang membuat kegelapan menjadi indah. Bintang akan selalu menjulang, walaupun terlihat dari bayangan air di permukaan bumi.


Awan.
Berarak putih atau hitam, terbang bergumpal-gumpal seakan ialah yang tertinggi di dunia ini. Seakan tidak ada lagi yang lebih tinggi darinya. Padahal awan tidak lebih sekadar batas pandangan menusia di langit. membumbung tinggi tapi kosong.

Ada dua pilihan buat hidup kita di masa depan: mau jadi bintang atau menjadi awan. Mengembangkan diri dengan penuh prestasi, atau mengembangkan diri dengan sensasi tanpa prestasi.

Bintang adalah sang juara. Ia mempunyai sumber cahaya dalam dirinya. Ia mempunyai keunggulan yang membuatnya mampu bertahan di tengah kompetisi yang ketat. Seorang bintang tidak bicara sekedar omongan, tapi dia bicara prestasi dan hasil kerja yang memadai. Seperti bintang yang menerangi langit di malam hari, dia mampu mentransformasikan pengalaman , wawasan, dan ketermpilan yang dimilikinya menjadi kekuatan bagi orang-orang disekitarnya. Seperti gugusan bintang bagi para pelaut, sang bintang mampu mengarahkan kondisi ke jalan yang lebih baik. Seperti bintang yang mewarnai kegelapan malam dengan cahayanya yang terang benderang. Walaupun keadaan malam begitu kelam, kehadiran bintang membuat keeklaman itu menjadi lebih berwarna. Seorang bintang harus bisa membuat suasana menjadi lebih dinamis.

Sebaliknya awan, ia melayang ke langit bukan karena bobotnya tapi karena ringannya. Ia selalu ingin terlihat tinggi dimata teman-temannya. Dihargai, dihormati, didengarkan dan dipandang sebagai orang yang berprestasi.. Meskipun hal itu tidak didukung dengan kondisi sebenarnya.

Jangan sampai keinginan untuk dihargai dan dihormati menjadikan kita tinggi hati. Karena sebaik apapun prestasi kita, secantik apapun diri kita, segaenteng apapun wajah kita, sepintar apapun kita, tidak ada alasan sedikitpun untuk menjadikannya sebagai dasar kesombongan. Karena itu semua hanyalah aspek duniawi yang tak abadi. Titipan tuhan yang harus dipergunakan sebaik mungkin.

Jika kita menjulang-julangkan diri ke atas langit, alih-alih ingin menjadi bintang, kita bisa terjebak untuk menjadi awan. Terbang seakan-akan tinggi ke angkasa padahal kosong belaka isinya.

*Man Jadda Wajada dengan banyak perubahan*


2010/08/24

Semu

untuk apa mengejekku begitu?
aku bahagia dalam tangisku
aku damai dalam kesendirianku
aku menikmati kepiluan selagi aku masih bisa menikmatinya
sebelum aku tak bisa merasakan kebahagiaan apa-apa lagi nanti
aku bukan mutlak tidak pernah bahagia,
itu bagus
jika saja tidak terlalu menyakitkan untuk mengetahui
kebahagiaan itu semu
cih?!
apa yang salah?
mestikah aku tak berpura-pura tertawa terbahak-bahak
mestikah aku tak berpura-pura aku baik-baik saja?
hah..
bulshit semua!
hitam.
merah pekat.

2010/08/19

Soppeng


-->
Hari-Hari yang ‘Kan Tak Terlupakan


Soppeng City
Suatu hari, dalam garisan takdir, aku merasa beruntung tuk bisa mengalami hari-hari setelah hari itu..
Pagi itu aku sedang berpikir keras tentang apa yang harus kuajarkan nanti jikalau aku benar-benar pergi pesantren kilat ke Soppeng bersama teman-temanku. Aku bertanya pada Fuah dan Irma, katanya nggak tau juga apa materi pengajarannya, liat di lokasi aja nanti.
Hufft... berarti ngak ada bahan yang pasti mengenai apa yang akan kami ajarkan nanti. Itu berati aku harus merancang sendiri bahan ajarnya.. tema agama adalah luas, maka aku mau memusatkan perhatian pada materi tentang ibadah di bulan ramadan, khususnya tentang shaum..
Selebihnya bersangkutan dengan packing aku belum ada persiapan. Ketika Irma bertanya tentang kesiapanku, jujur aku heran karena hari berangkat masih ada beberapa hari. Tak disangka-sangka olehku ternyata hari itulah kami sudah harus berangkat. Ketika itu hari pertama puasa dan aku tak menyangka akan secepat itu.
Aku berterima kasih pada Irmha, Fuah, dan Rhyrii karena merekalah yang memberitahukanku berita ini. Aku mungkin akan sangat menyesal, marah, bahkan memberontak andaikan aku tidak tahu. Lalu nasibku pun berakhir seperti teman-temanku yang takdirnya tidak ikut ke Soppeng  bersama kami.
Singkat cerita, aku sudah berkumpul bersama rombongan calon “guru tiga hari” di rumah Pyphi, Jl. Nusa Indah no.18. Kami berbuka puasa bersama di hari pertama puasa di sana. Lalu berjamaah menjamak salat Maghrib dan Isya. Setelah itu kami tinggal menunggu mobil carteran dan berangkat ke kota tujuan.
Dalam mobil panter itulah kami berdua belas akan menempuh kira-kira empat atau lima jam perjalanan. Bisa dibayangkan seperti apa model kami duduk? Belakang empat orang, keken, ida, irma dan atul. Tengah lima orang, lilis, pyphi, aku, kakannita, dan ayhu. Depan tiga orang, ade, wilda, ulfa adex pyphi, di tambah si sopir.
Belum juga meninggalkan kota daeng ini, kami singgah dulu ke minimarket. Di perjalanan, kami pun singgah beberapa kali, ada di Sudiang, karena ada masalah dengan rem, singgahnya lama dan lumayan membosankan, juga di warung yang terletak pada camba-maros, kami tidak makan, melainkan hanya numpang ke wc dan lain-lain.
 Meskipun begitu, perjalanan sungguh menyenangkan, sampai di Soppeng apalagi.. seperti petugas ronda amatir..hahaha.. Kami membangunkan orang saat masih jam dua, tapi sudah banyak penduduk yang di luar rumah. Bahkan ada yang beberapa kali kami mendapati mereka yang beramai-ramai membangunkan orang dengan menyetel radio keras-keras. Suasana yang berbeda dengan di kompleksku.
Maka, setiap ada orang yang kami dapati itulah kami teriaki, “sahuuurrr.... sahurrr” tak pandang bulu, tak peduli mau mereka mengacuhkan maupun justru meneriaki balik. Terlebih karena si sopir juga mendukung. Dia memelankan jalan mobil jika ada orang di jalan.
Dan jelas suara kami tidak tanggung-tanggung saat sudah ada di dekat sasaran. “ Saaahuuurr!!! Saaahuuuurr!!!! Saahuuuurr!!!”
I.                Hari pertama, Kamis, 12 Agustus 2010
Tadi subuh kami semua ketiduran, kelelahan dan empunya rumah pun sama ketidurannya dengan kami. Akhirnya kami baru mandi jam delapan pagi, padahal jadwalnya harusnya kami sudah siap semua sebelum jam delapan. Belum lagi Rhyrii dan Nita-dante belum datang. Bahkan katanya pacenya Rhyrii* baru mandi.
Maka yang sudah siap duluan, terlebih dahulu berangkat mengajar, itu termasuk aku. Dan aku sebenarnya langsung diserang grogi saat itu juga, meski tidak terlalu deg-degan seperti saat di rumah aku membayangkannya.
Pertama kali melihat gedung sekolahnya saja aku merasa tidak percaya kalau aku sedang berada di tempat aku berpijak. Seakan semuanya adalah mimpi. Lebih lebih ketika kami dibawa menuju ruang kepala sekolah. Dan di satu bagian jiwaku yang masih merasa sebagai seorang anak kecil, aku tergetar. Harusnya pada waktu Rhyrii menayaiku, aku tidak seyakin itu berkata ya. Tapi justru dengan itu aku semakin penasaran apa yang akan terjadi setelah nanti aku mengajar.
Sampai di kelas, aku gelagapan, bingung harus bagaimana dalam bersikap. Terlebih setelah protokol selesai berbicara, dan mempersilahkan kami untuk mengambil alih ruangan. Aku memutar  otak untuk perkenalan. Aku disergap demam panggung sekejap saat memegang mikrofon. Kata-kataku berantakan tak jelas apa yang aku bicarakan. Isinya singkat –yaitu memperkenalkan namaku dan nama teman-temanku- tapi jadi panjang karena kelebihan vitamin ee..
Belum habis tragedinya, ada suara yang meledek dari arah siswa smp 5 itu.
 “Nabi Sulaiman?!”katanya. Aku tak peduli tapi kepalaku makin semrawut.
Selesai perkenalan, Irmha dan Idha sudah seperti menyerahkan sepenuhnya ruangan padaku. Aku minta bantuan pada mereka berdua tapi  keduanya diam seakan tak ada dalam ruangan. Aku memulai materi secara asal-asalan dengan pembuka yang sumbang. Entah apa yang ada dalam pikiran mereka semua tapi aku tahu mereka bosan dengan caraku bicara yang tak jelas begitu. Runyam sekali masalah buatku ya..
Lalu dengan usul Idha aku mengadakan metode tanya jawab mengenai pokok materi yang akan aku jelaskan. Huuffftt.. tetap tidak mengubah keadaan vakum yang tercipta.. Tidak ada yang mau menjawab sukrela. Semuanya harus dipaksa dengan susah payah atau terpaksa aku menjawab sendiri. Padahal pertanyaanku sangat sederhana, seperti rukun iman, sepuluh malaikat beserta tugasnya, kitab Allah dan Rasul yang menerimanya dan pelajaran agama dasar semacamnya.
Aku paham bahwa sebenarnya mereka tahu tapi malu, namun aku ingin memotivasi mereka untuk berani menjawab walaupun salah. Uuughh ternyata inilah yang dirasakan para guru kalau kondisi kelas begini. Dan kurasa sampai Nita-dante datang aku tidak berhasil-berhasil juga.
Bahkan mereka antara sengaja atau karena kebiasaan dengan menjengkelkan memanggil kami dengan sebutan ibu..! mereka dihukum menjelaskan, tapi tidak juga kapok. Mereka menunjukkan sikap ogah saat ditunjuk menjelaskan kalau mereka kedapatan sengaja memanggil kami “bu..
Malah kanakalan mereka semakin terasa dengan banyaknya anak laki-laki yang keluar ruangan tanpa izin. Dalam hati aku paham itu terjadi karena metodeku mengajar membosankan binti vakum dan menjenuhkan mereka.
Puncaknya saat mereka melempar petasan dalam kelas. Dante semakin muntab dengan perilaku mereka. Dante memberi ultimatum untuk melaporkan kelakuan -...- kepada kepala sekolah. Namun seperti yang sudah diduga mereka tidak peduli dan tambah menjadi-jadi.
 Tapi karena temanku dari ruangan satunya sudah bubar maka bukan aku yang menangani mereka melainkan yang lain. Syukurlah, karena dengan begitu ruangan sudah mulai menyenangkan. Mereka berfoto-foto dan bercengkrama santai. Apalagi atas adanya inisiatif Rhyrii- yang memakai baju SpeXsolid- memperkenalkan spexsolid pada mereka. Menyenangkan sekali rasanya kalau pesantren kilat seperti itu saja. Rasanya berbeda sekali saat aku yang memegang forum. Duh, kasihan banget yah aku..
Kemudian kami dipanggil kepala sekolah Asri, M.Pd. ke ruangannya dan kami baru tahu kalau orangtua Rhyrii dikenal baik olehnya. Setelah itu acaranya adalah mengaji bersama yang dilanjutkan salat duhur berjamaah. Tapi karena tidak ada persiapan, diputuskanlah bahwa kami salat duhur di rumah tantenya Phypi. Setelah itu kami pun mohon diri pada kepala sekolah.
Lalu agenda terakhir yang paling ditunggu, yaitu berfoto-foto ria yang sudah dilaksanakan dari awal masuk ke sekolah itu dan dilangsungkan di mana pun berada apa pun terjadi. Sedangkan temanku yang di smp5 tak diduga sedang sempat bersenang-senang on-line di warnet dekat sekolah itu.
Pada sore harinya kami berjalan-jalan mencari tempat belanja sejenis minimarketlah sebagai pengganti supermarket. Tapi tidak dapat-dapat juga kecuali cuma warung-warung kecil. Tapi kami melihat tempat jual nasi goreng, makanan yang menjadi favorite nagh um. Maklum, makanan dapur belum pernah didapati bahwa lauknya adalah nasi goreng. Kami berencana akan membelinya untuk dimakan nanti malam.
Malam harinya, segelintir orang yang rajin dan berbaik hati pergi ke sana dengan dinebengi oleh yang lainnya. Setelah berjam-jam di tunggu, mereka belum juga pulang. Aku heran sekaligus cemas, ada apa gerangan yang terjadi. Sampai* kami mengelabui mereka dengan berpura-pura tidur. Karena memang saat mereka pulang sudah malam sekali. Aku sendiri sudah lumayan mengantuk.
Ternyata dan ternyata ada insiden mengerikan dan membakar amarah yang terjadi di sana. Pantas perasaanku kurang enak tadi.. -hehe sottaku- Ada seorang bapak-bapak yang  menghina pesantren kami di sana. Dan jelaslah kami semua sangat marah dan emosi. Apalagi dia menanyakan siapa kiai yang membina pesantren kami tercinta. Lebih dari itu, dia juga menantang kami semua untuk ceramah di mesjid raya Soppeng pada subuhnya.
Keesokan harinya, adalah pembalasan! Ulfa ceramah dengan tiga bahasa dan di akhir ceramahnya dia juga menyindir halus si bapak yang sudah terlupakan namanya olehku.Tapi sayang sekali karena aku tidak bisa menyaksikan sendiri moment itu. Entah juga apakah si tersangka yang notabene guru agama hadir salat berjamaah pada subuh itu atau tidak.


II.          Hari kedua Jumat, 13 Agustus 2010
Karena temanku yang di smp1 libur satu hari, jadi berbondong-bondonglah kami menuju smp5. Alhasil dengan ditambah ifatono yang datang kemarin sorenya, maka ke-limabelas santri dibagi empat ruangan. Dan jumlah siswa yang diajar menurun drastis, dari  40 siswa lebih kemarinnya, menjadi 7, dengan 6 laki-laki, dan seorang saja yang perempuan.
Aku pun sudah tidak senervous hari pertama, barangkali karena tidak memakai mic lagi dan jumlah siswa yang tidak sebanyak hari sebelumnya. Tapi suasana kelas lebih vakum lagi. Karena tidak ada yang bicara meskipun mereka juga kelihatannya tidak terlalu serius mendengarkan penjelasanku. Sekedar mencatat apa yang penting lalu sudah. Entah mereka mengerti atau tidak apa yang aku sampaikan.
Meski ditambah lagi 2 orang untuk masuk ke ruanganku, mereka tetap saja pendiam. Ida jadinya jengkel sendiri karena tidak ada yang mau bicara. Lalu disusul Rhyrii, ayhu, kakannita, dan lain lain yang kesal tidak mampu mengubah keadaan. Tapi masih mending karena ketika aku menyuruh bertanya, ada dua orang yang bisa buka mulut.
Akhirnya diusulkan agar mereka di gabung saja semuanya. Dan tempat ngumpulnya adalah ruanganku. Alkisah, usul itu berhasil membuat ruangan menjadi semarak dengan suara. Tapi tak berlangsung terlalu lama, mereka sudah diminta ke mesjid untuk mengaji.
Kami semua juga ikut, dan berbeda dari hari yang lalu, kami disuruh mengajar mengaji pula. Tiap orang mengajari tiga anak. Aku pusing lagi mau mulai darimana, untung ada Rhyrii sebagai contekan, yaitu mulai dengan doa. Tapi aku tidak nyontek Rhyrii mengenai caraku mengajar yang tidak membaca melainkan hanya mendengar lalu membetulkan yang salah.[ hahaha] supaya kurang kentara kalau aku mengaji tidak sebagus novhi.
Disini juga waktu semua foto yang di kamera Rhyrii hilang, padahal ada hasil penelitian macenya di dalam. Keadaan tegang dan semua memberi bukti bahwa dirinya tidak bersalah. Rhyrii menelpon macenya memberitahu hal ini, dan katanya penelitian itu sudah di masukkan dalam laptop. Aku baru bisa lega mendengarnya.
Lalu kami pulang dengan kondisi yang bertumpuk-tumpuk terutama karena ada guru yang numpang sebentar. Di kursiku yang bagian depan tidak ada masalah serius, tapi di deret tengah, dan belakang masing-masing dihuni tujuh penumpang.
Malamnya, saat aku sudah mulai merasa mengantuk, tiba-tiba lampu mati. Aku tidak bisa tidur dengan baik dan kantukku pun berkurang sedikit demi sedikit.
Kemudian, aku lalu dipanggil memotret oleh teman-temanku. Lihat saja hasilnya di fb, tapi hanya sebagian yang mereka masukkan saking banyaknya hasil foto yang dihasilkan. Sampai mati lampu pun tetap saja mau berfoto-foto.

III.    Hari ketiga, Sabtu, 14 Agustus 2010
Awalnya, kami agak panik karena tidak ada kendaraan yang bisa mengantar kami. Ada delman tapi semua berpenumpang, untungnya ada angkot kedua -setelah angkot yang tersiakan- yang lewat. Maka kami ke sana memakai pete-pete yang bukan seperti pete-pete makassar. Bentuk mobilnya seperti mobil tua biasa, kira-kira model minibus dengan plat kuning saja sebagai penanda kendaraan umum. Tarifnya pun relatif murah, hanya seribu perak per orang.
Kami berangkat ke smp5 dan kami dikira sebagai pemantau. Di sana memang sudah ada juga guru yang memang didatangkan sebagai pengajar. Rencananya kami mau pulang balik saja karena tidak direspon. Tapi untung kami akhirnya dipersilakan mengajar tadarus oleh salah seorang guru.
Siswa dibagi 8 kelompok dan aku kena getah harus mengajar sendirian di kelompok anak laki-laki yang biasanya bandel pula. Beruntung mereka tidak seperti buruk sangkaku tadi, ternyata semuanya tidak susah diatur. Kecuali kalau yang berada di kelompok yang dipegang yang lain, banyak yang lucu cara membaca qur’annya, bahkan ada yang tidak bisa membaca sedikit pun.
Kloter tadarrus kedua aku “carter” Irma buat jadi teman mengajarku, dan yang jadi gantinya Rhyrii, yang kloter pertama mengajar bersama Irma yang mesti ngajar sendirian. Aku merasa bersalah tapi aku juga tertekan ingin ada yang bisa kuajak bicara kalau mengajar. Kalau anak smp5 yang mau kuajak bicara, aku tidak pintar mencari topik sehingga bicaranya tidak lama dan tidak seru.
Selesai tadarusan Irma menemani Rhyrii, dan aku menganga bosan sendirian lagi di tempatku. Entah apa yang harus kulakukan. Yang jelas kalau pun aku bicara, itu karena ade-ade itu yang memulai, bukan dari inisiatifku yang tidak kreatif ini.
Pulang dari sana kami ke rumah tantenya pyphi yang satu lagi, kami nonton tv dan main ayunan di tk depan rumah itu -bukan aku sih-. Sementara aku, rhyrii, ulfa tgx, juga makan karena nggak puasa. Setelah mobil datang barulah kami pulang untuk mengambil barang yang diperlukan saat menginap di rumah dante.
Dalam perjalanan ke pattojo itulah kami diperlihatkan para kawanan kelelawar bergelantungan di pohon pohon. Dalam jumlah yang banyak sekali sepertinya kelelawar itu adalah daun daun pohon menghitam yang berjejernya rapat. Hanya saja bergantung terbalik dan ukurannya sebesar kantongan plastik. Aku terpesona sendiri dalam pengalaman perdanaku melihat kelelawar asli yang bukan gambar, animasi, ataupun syutingan televisi.
Sampai di rumah Dante, sorak-sorakan terdengar saat memasuki rumah lapang nan rapi itu. Di halamannya tumbuh beraneka tanaman hias yang cantik. Bahkan ada banyak macam bunga angrek di sana. Seluruh isi rumah itu tertata indah dalam bentuk yang sesuai dan elegan. Rumah panggung itu mematahkan presepsi bahwa rumah panggung terkesan kuno, jelek, miskin, dan kumuh. Bahkan sebaliknya, selain asri, nyaman dan sejuk, juga sedap dipandang mata. 
Lalu, Irma, Ayhu dan yang lainnya pergi ke rumah neneknya Ayhu untuk bersilaturahmi, tapi aku termasuk yang tidak ikut atas dasar malas dan tidak mau capai. Huh, begitulah watakku.. padahal tidak ada yang bisa aku perbuat juga di sana.
Sementara Dante sibuk di dalam rumahnya entah bikin apa, Rhyrii menemani keluarganya -mace, pace, kace, dan adek sepupunya-, sementara Keken dan yang lainnya main hape. Tinggallah aku yang bengong tak jelas mau berbuat apa selama satu jam lebih sampai ayhu, irma dan rombongan datang. Sampai dekat waktu berbuka barulah aku bisa sibuk. Mempersiapkan ta’jil sekalian menyicipnya. [Hehehe]
IV.       Hari keempat Ahad, 15 Agustus 2010
Hari ini waktunya berlibur dan jalan-jalan. Tapi jalan subuh aku tidak ikut karena malas pakai baju dan sedikit risih juga kalau berpenampilan beda dari mereka. Dari malam, sebenarnya temanku malas keluar karena diganggui pemuda sekitar yang usil. Bahkan setelah isi pulsa, yang tidak mengambil nomornya diteror sms oleh seorang tak dikenal. Tapi mau bagaimana lagi, temanku kan pajokka, –piiizztt cezz- ngak tahan kalau ngak jalan.
Pulang dari jalan-jalan, tidak lama kemudian datanglah cico, teman kami yang sekarang sudah tidak lanjut. Kami bercakap-cakap banyak hal sampai dia pulang.
Setelah semuanya sudah mandi, teman-temanku mengajak berfoto. Dan seperti biasa aku tentu tak ketinggalan diajak dong.. hahaha, maksudnya diajak menjadi fotografer amatirannya. Ternyata di sela-sela foto-foto, Cico muncul menyambar dengan mobilnya dengan menyapa kami. Huuh.. kukira siapa..
Selain Cico, ada juga Ria Reski dan Yeyen yang datang ke rumah Dante berkunjung sekalian melepas rindu masing-masing pihak. Mereka tinggal beberapa jam hingga akhirnya juga pulang karena kami juga akan pindah penginapan lagi dan berangkat sebelum ashar.
Dan perjalanan yang ini paling leluasa karena tiga mobil yang dikerahkan untuk menampung kami. Mobilnya Rhyrii, mobilnya Dante, dan mobil sahabat dari papanya Rhyrii dan Dante. Eeeh, sekedar info, aku kagum pada persahabatan langgeng yang seperti itu. Membahagiakan bukan jika kita bersahabat selamanya seperti mereka?
Tapi aku pesimis bisa seperti itu karena sahabat seorang pun rasanya aku tak punya. Dari sd, aku mamang punya orang-orang yang akrab denganku, apalagi yang teman sebangku. Tapi rasanya kami saling tak menganggap sebagai sahabat. Meski begitu, aku menganggap seluruh spexsolid terutama teman kamarku adalah sahabatku semua. Terserah dia terima atau tidak. Aku tidak mau ambil pusing.
Sampai di Batu-batu kami berpisah dengan Rhyrii juga Dante yang mengantar kakaknya Rhyrii yang juga akan mengajar pesantren kilat di kota lain -kalau tidak salah enrekang-. Padahal sorenya kami pergi ke danau Tempe sabagai ganti ke le’ja dan ompo’ yang tertutup ketika ramadhan.
Pemandangan danau itu sungguh indah, warna biru muda air danau yang menghampar sunguh-sungguh memanjakan mata. Dan tentu teman-temanku tidak menyiakan kesempatan untuk kembali berfoto-foto di tempat yang elok sedemikian rupa.
Semuanya menyejukkan hati orang yang memandangnya kecuali para pemuda yang mengganggui temanku. Dia mengajak kenalan dan mengikuti kami terus. Jelas kami jengkel dan amat risih.
V.             Hari kelima Senin, 16 Agustus 2010
Teman-temanku jalan-jalan subuh ke bolla siratue, rumah bertiang seratus yang amat ingin dikunjungi Rhyrii. [Tapi kasihan dia sudah ada di cengadi, rumahnya di Soppeng.] Tapi, tentu saja, seperti dugaan anda bahwa saya tidak ikut jalan-jalan subuh ini lagi.
Sebenarnya aku mau merasakan berkunjung ke tempat bernilai adat dan sejarah itu. Tapi persoalan besarnya adalah yang mengantar adalah para ”murid” dari smp 5. Mengerti apa maksud saya? Yaitu mereka yang bawa motor dan termasuk si doi ade. Maka, jelas ini kurang sesuai dengan gayaku, orang culun.
Akhirnya kami yang tinggal karena tidak mau maupun mau tapi dihalangi oleh kapasitas angkutan terbatas pergi bersantai di bawah rumah sambil sebagian main ayunan.
Tak disangka, Ade dan Ikbal terlihat berboncengan oleh temanku dan bahkan kata Ayu dan Ulfa yang pulang duluan ade mau dibawa ke danau. Kami penasaran ingin melihat mereka dalam perjalanan pulangnya. Karena hanya sebagian yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
Tidak selang terlalu lama ada berita bahwa mereka semua sudah pulang. Padahal kami tidak melihat motor mereka melintas lagi di jalanan. Entahlah apa yang terjadi, aku tak peduli yang jelas nanti malam aku akan kembali ke Makassar, bertemu dengan adik-adikku dan akan ditambah orangtuaku kalau mereka sudah pulang umrah tanggal 22.
Malam pun tiba dan aku sudah amat siap meninggalkan Soppeng. Bukan karena aku tidak suka, justru aku ingin mengulanginya kembali. Namun lebih karena persediaan baju yang tidak mendukungku untuk berlama-lama lagi di Soppeng. Meski dihatiku aku ingin mengulang hari pada hari ulang tahun Nanda, teman kamarku yang pindah [yaitu pada tanggal 11 agustus 2010], hari keberangkatan kami ke Soppeng.
Namun kami diberitahu kalau tidak ada mobil sewa yang bisa mengantar kami ke Makassar. Aku gelisah sekali dan tak percaya. Aku berdoa agar ada mukjizat atau keajaiban yang membuat rencana kepulangan berjalan sesuai jadwal.
Dan ternyata syukur alhamdulillah kepulangan kami tidak jadi ditunda. Aku lega sekaligus sedih karena berarti kami akan meninggalkan Soppeng. Kota yang membuatku mendapatkan pengalaman berharga serta menyenangkan
Dan Irma serta ifatono sudah mendahului kami dengan berangkat ke pinrang dari setelah salat magrib. Itu berarti ulfa baru bisa terselamatkan dari posisi tengah antara kursi ade dan wilda dengan kursi sopir. Tapi tetap saja tempatnya kurang nyaman, yaitu posisi serba salah yang ditempati kakaknya, pyphi waktu berangkat. Sedangkan Pyhi langsung pindah untuk mengambil alih posisi Irma. Jadi kesimpulannya, meski berkurang satu penumpang tetap saja mobil panter terasa sempit.
Tapi, dalam perjalanan meninggalkan Soppeng kami sempat bertegur sapa dulu dengan Dante di rumahnya. Sebelum akhirnya Ade pun bersedih karena mobil sudah beranjak dari kota si doinya.
Bye bye Soppeng... See you later... kataku dalam hati.



2010/06/10

Teman Sdku

Tiga tahun sudah teman,
kita tinggalkan bangku sd
beranjak ke gerbang smp
dan akan menuju dunia sma
Aku rindu...
saat kita masih belajar satu tambah satu, satu kali satu, sampai belajar teorema phytagoras
saat kita masih belajar mengeja, membaca, hingga menulis narasi dan puisi-puisi indah
Apa kalian tahu?sperti Spexsolid,
kalian lebih indah dari puisi-puisi...