Biologi dan kehidupan :)

Biologi dan kehidupan :)
Rerumputan hijau diterpa matahari yang menyembul di balik awan

2012/12/01

Pesantren dan (yang akan menjadi) Kenangan

Ketika kalian berinteraksi seharian penuh bersama teman, berbagi suka cita air mata bersama selama bertahun-tahun kemudian menyadari bahwa pada akhirnya kalian harus berpisah. Tidakkah kalian merasa berat, atau sedih? Harus, tentunya! Artis-artis yang selokasi syuting setahunan saja bisa cinloklah, bersahabatlah, atau apalah..Bahkan tak jarang mereka  menyebut kebersamaan syuting itu sebagai 'layaknya keluarga' 'jalanin semuanya sama-sama' atau istilah-istilah lain yang senada. Masa kalian tidak? (mokso nih?!)

Lalu bagaimana dengan kehidupan pesantren (seperti kita)? Yang mulai bangun tidur buka mata, di sekolah, sampai malam hari selanjutnya tidur kembali tak pernah lepas dari teman-teman. Bayangkan sudah seperti apa kebersamaan itu mengakar. Bayangkan sudah seperti apa kesolidaritasan yang tercipta dari kebersamaan itu. Bayangkan seperti apa rindu hebat yang bisa ditimbulkannya untuk menghujam hati kita setelah melewati masa-masa indah itu.

Sekian tahun berbaur dan menyatu dan dilakukan bersama-sama. Bersama-sama masuk ke dalam gerbang biru itu, meninggalkan rumah berpisah dari orang tua. Makan minum bersama, belajar dan mengerjakan tugas bersama.Mencuci-menjemur-menyetrika bersama,, tidur pun sekamar seasrama. Menjalankan program dan menaati peraturan bersama. Namun bisa juga melanggar dihukum, dan menghadap pembina bersama-sama.Itulah seninya, menangis bersama, tertawa bersama. Ketika kita memulai cerita ini bersama, maka mengakhirinya pun harus bersama.

Kita berkumpul dalam lingkungan 'keluarga' yang sama, mempelajari banyak hal, jatuh bangun. Saling memahami saling mengerti saling mengetahui kelebihan dan kekurangan satu sama lain.Saling tahu cerita yang dibawa masing-masing. Saling berbagi, saling menyayangi. Saling mengajarkan arti kebersamaan dan persahabatan.

Bisa diyakini bahwa kenangan-kenangan itu akan menghantui kita dengan rindu, rindu dan rindu. Rindu pada teman-teman kita. Rindu pada guru-guru kita. Rindu pada seragam sekolah kita. Rindu pada kakak dapur yang memasakkan kita setiap hari. Rindu pada semua orang yang ada di pesantren kita. Rindu pada hukuman-hukuman yang biasanya kita dapatkan. Rindu pada ocehan, omelan, teguran, dan siraman rohani gratisan pembina kita. Atau rindu pada ceramah yang menjenukan di subuh hari.Rindu pada tempat-ptempat bersejarah yang menjadi saksi bisu keakraban kita. Kelas, asrama, mesjid, lapangan, parkiran, dapur, dan semuanya.  Rindu pada pengalaman/kejadian lucu, unik, aneh, memalukan, menyebalkan, apalagi yang menyenangkan. Rindu pada apa saja yang mungkin tak terjangkau akal sehat.

Ya, kedengarannya memang melankolis-plegmatis (terlalu didramatisir), tapi diakui atau tidak begitulah kenyataannya. Sejogyanya orang yang telah menjalaninya akan setuju terhadap itu.Meski barangkali akan ada yang menolak, itulah orang yang yang belum tahu seperti apa sebenarnya hidup pesantren itu. Tapi terkhusus saya dengan contoh konkrit di pesantren saya menyatakan hal yang cukup berbeda dari pandangan umum orang-orang mengenai pesantren.Orang yang belum tahu bisa jadi menganggap ulasan diatas hanyalah bualan skeptis belaka. Mereka kira pesantren adalah tempat sulit yang tak mengasyikkan sama-sekali. Berpisah dari orang tua sehingga segalanya harus mandiri. yang sekarang Menurutku itu hal yang menantang. Belum lagi diatur-atur, dan kalau melanggar dihukum ini itu. pokoknya hidup diantara pembinaan 24 jam yang melelahkan. Dan bagiku ini latihan kedisiplinan dan keteraturan.

Coba kalau orang-orang itu memandang sisi positif dibalik proses yang tidak menyenangkan itu. Percaya atau tidak, mereka akan menyadari betapa tidak sia-sia dan beruntungnya orang yang sudah melalui proses perjuangan tidak menyenangkan itu. Serta alangkah indah hikmah kebersamaan yang kita rasakan selama enam tahun itu.

Jadi, jangan terlalu cepat kecewa atas apa yang anda alami. Karna dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Hidup di pesantren memang terkadang sulit, tapi jangan dianggap sulit apalagi dipersulit. Nikmati saja dan ingat bahwa kalian akan merindukan kembalinya masa-masa itu lagi. Tidak semua hal menyenangkan merupakan kebaikan bagi kita. Ada banyak hal yang kita benci namun justru tanpa kita sadari menjadi jembatan kita menuju surga... Amiin.

2 komentar: