Biologi dan kehidupan :)

Biologi dan kehidupan :)
Rerumputan hijau diterpa matahari yang menyembul di balik awan

2012/12/23

The song of Spexsolid I

Created by Putri Anjani Setiadi (liric), Andi Ikhwanul Ummah (tone) and Fariza




Semilir angin berhembus hangat
melewati rindu yang meradang
Sebening air yang kujauhkan dari kekeruhan
yang mengguyur segenap kepalsuan

Seputih kasih yang tak nampak
menjadikan harap penuh keraguan
Sekilau mutiara cinta yang tak mungkin ada
walau rasa ingin meraba

Sekuat tebing berpondasikan baja
namun rapuh jua
Sehalus sutra merajut perangainya
bernuansa indah

Selihai pemikiran...
merangkai kata...
partikel partikel kenangan...

Spexsolid...
Ring the Changes for Improvement
Spexsolid...
Spectakuler Dexterity Solidarity Religious and Decency
Spexsolid..
dont think too much..
dont think too much..
dont think too much its so simple....

Puisi Untuk Ibu (UMMI)

Buat Ibu...

Ibuku yang tercantik dan termanis..
Kalau Ibu ikut kontes kecantikan, dan aku jurinya
Pasti aku akan menobatkan Ibu sebagai Ratu Kecantikan
Kenapa?
Karena Ibu cantik, selalu cantik
Saat tersenyum menyambut kepulanganku
saat diam bahkan saat marah padaku

Ibuku yang terhebat dan kusayangi
18 tahun silam
Ibu mengandungku selama 9 bulan
menopang tubuhku yang membuat Ibu kelelahan
17 tahun silam
Ibu melahirkanku ke dunia
mempertaruhkan darah dan nyawa
menyusuiku, menjagaku, merawatku hingga kini
penuh cinta dan kasih sayang
Apa yang harus kuperbuat untuk membalasnya?

Terima kasih Ibu
Aku sangat beruntung memiliki Ibu yang amat baik hatinya
Tolong maafkan anakmu ini
Yang mungkin lalai terhadap kewajibannya selama ini
Yang mungkin pernah membuat Ibu sedih
Yang mungkin sering membuat Ibu mengomel dan marah-marah

Ibuku yang tercinta
Asal Ibu tahu
Ibu selalu hadir di hatiku
tiap nafas dan detak jantungku
Memanggil dalam diam
mengikat dalam halus
manjangkau dalam jauh
Ibu, malaikat pelindung dan penjagaku yang paling setia
Engkaulah pahlawanku terhebat
I would like to say that i do really really love you
I LOVE U MOM

2012/12/07

Departemen Bahasa (Language Departement) 2011/2012

Satu kata untuk anugrah kebersamaan kita di Departement Bahasa ini, MENAKJUBKAN. Ajaib rasanya saya pernah berada di tengah-tengah kalian sebagai salah satu anggota dari lembaga yang sanggup membuat adik kelas kocar-kacir saat berpapasan dengan kita. Menjadi bagian dari kalian adalah suatu kesempatan emas yang saya nilai belum saya pergunakan semaksimal mungkin untuk memajukan perbahasaan PPUM.

Saya sangat bersyukur bisa mendapatkan banyak pengalaman berharga serta pelajaran hebat dari ekspedisi kita di periode ini. Terima kasih atas Kismu, Muhadarah, Mufradat, Mahfuzat, Kosakata berjalan, Bitoqatul Mufradat, English Paradise/Qaryatun Arabiyah, dan semua hal yang telah kita  lalui bersama. 

Terima kasih buat Kabid Sekbidku; Rahmi dan Uli B.yang telah menjadi Nahkoda dan Jurumudi yang tangguh dalam perjalanan kita. Terima kasih buat Tata, Nujong, Anti, Dinda, Nada, Nikmah, Rini, Ica Mali, Ica Jus dan Pedi rekan-rekan setim seperjuangan saya bahu membahu bekerja menjalankan program. Terima kasih juga buat Ratu,(sekertaris IPM) pendamping lembaga kami yang setia dan masih berkenan menemani serta membantu personil-personil dari Departemen Bahasa yang tercinta ini. Terima kasih pula kepada adik-adik kelas yang ikhlas (maupun tidak) kami sumpal dengan rentetan kosakata. Semoga bermanfaat bagi masa depan kita semua.

Terima kasih untuk semua pihak yang berperan menyukseskan program kami dan tak bisa kami sebut satu persatu. Spexsolid, guru-guru, pembina, dll. Akan saya simpan kenangan ini rapi-rapi dalam kalbu saya. Terima kasih sekali lagi. I'll miss it.


2012/12/05

Six Years Our story

Kali pertama menjejakkan kaki ke tempat ini..
Banyak hal yang berkecamuk
Sedih. takut. cemas. marah. sendirian.
Mencoba bertahan
Berusaha kuat dan tegar

Satu tahun.
Kita belajar tuk saling mengenal
Antara Aku, Kalian menjadi Kita
Tak mudah memang
Karna kita baru saja mencoba bersatu
Berpegangan dan saling membantu

Dua tahun.
Kita berjuang mengatasi segala kesulitan
Melewati semuanya bersama-sama
Pertengkaran. amarah. rangkulan. canda dan tawa
Dan saling meraih jika terjatuh

Tiga tahun.
Kebersamaan yang tercipta begitu indah
Tak terelakkan
Kita bergandengan tangan di pertigaan putih biru
Menuju gerbang putih abu-abu

Empat tahun.
Keteguhan kebersamaan kita diuji
Sejauh mana ia bisa
Mempertahankan kekompakan dalam perbedaan pendapat
Sekuat apa ia mampu
Mengalahkan keegoisan pribadi yang merongrong persatuan kita

Lima tahun.
Kebersamaan itu beranjak dewasa seiring perjalanan waktu
Membuktikan pada kehidupan bahwa
Tak akan ada yang bisa memutus ikatan kuat yang terajut diantara kami
Sekian tahun, sekian lama

Enam tahun.
Kisah kita berada di penghujung lembarannya
Perjalanan ini tak terasa, singkat sekali
Tak ada yang berharap waktu melaju begitu cepat
Tak ada yang ingin meninggalkan kebersamaan ini dengan luka

Teman-temanku Atf. Spexsolid...
Kita tak mau kebersamaan ini berakhir,
Tapi bila nanti kita harus pergi masing-masing
Kumpulkan kenangan kita, genggam ia erat
Simpan dalam memori kenangan termanis kita
Jangan lupakan itu
Juga doakan semoga hati kita akan selamanya bersatu


(BUAT KETUA REDAKSI BULETIN PIP 2011/2012)

Senaskah yang Terabaikan



Drama IPM
@ATF Spexsolid production 2013
Producer: Rima Irmansyah
Ditulis oleh:  http://fiyahsulaiman.blogspot.com
ANTARA MITA, IPM, DAN PEMBINA…
Enam Tahun kebersamaan bukanlah waktu yang singkat. Banyak hal yang telah terjadi selama itu. Persahabatan dan keakraban antara kami. Ini adalah sepotong naskah drama ynag terinspirasi dari kisah nyata kami. Tidak  terlalu menarik tapi layak untuk dikenang sebagai salah satu kejadian yang penah kami jalani bersama.

Inilah cerita kami...

Di suatu pagi pada hari Jumat,  Mita dan Ummu berjalan menuju koperasi dengan santai.
Mita: (memakai konde, baju ketat, rok jangkis, tidak pake sandal wajib dengan gaya cuek dan rewanya)
Ummu:  Ih, Mita…! Bahayanya ine! (menarik tangan Mita, mengisyaratkan untuk berhenti berjalan)
Mita:  Apa kah? Kenapai?!!
Ummu :  Wee.. nyadarko duleh… Pedemu melanggar baru adaki ini di depannya asrama 1!
Mita: Ededeh biarmi… pedeja saya memang toh…
Ummu: Ih, hati-hatiko! Nanti ditegurki sama kakak HA atau ada jasus catatko. Apapi? Konde, kelihatan rambutmu, baju ketat, rok jangkis, tidak pake sandal wajib tong mko… Untung tidak makan berdiriko sekarang. Ck ck ck ..Tidak takutmu itu di’?
Mita: Tidakji itulah! Santai lalo mako! Malla’na kamma de’eh!
Ummu: Janganmi padeng kalau tidak mauko dengarka’.
Mita: Ayomi deh Ummu pergiki ke kope…!
Ummu: Baah sabarko Mita! Ngapa lalomi ineh!
Keduanya pun pergi ke koperasi sementara tanpa mereka sadari Pussy dan Rhyrii mengamati mereka.
Rhyrii: Ulhy, kukira mauko cari jasus, liat saiko itu sana… catat lalo! Jasus Amniko toh?
Pussy: Ih, iyo. Mita Fitriani Mansyur itu namanya toh? Deh pedenya mamo melanggar…
Rhyrii: Makanya catatmi do’
Pussy: Baah, thanks nah Rhy..
Rhyrii: U’re welcome. Never  mind.
Pussy: Kaumo kutulis sebagai saksiku nah..
Rhyrii: Sip, okemih.
Menjelang mahkamah…
Syifa dan Dian  mengumumkan nama pelanggar HA di ruang informasi…
“Min kismiyatu Amni ulaikahunna :
Al-fashlu awwal…  Minaffashlutsani…Minaffashlu tsalis…, Mita Fitriani Mansyur, …”
Di Ruang Mahkamah
Mahkamah sedang berlangsung, Ratu, Nusya, Ana, dan Dilfit sedang mengadili para pelanggar amni. Tak lama kemudian nama Mita disebut/panggil oleh Ratu.
Ratu: Aina Mita Fitriani Mansyur?!
Mita: (mengacungkan tangan sambil menunduk)
Ratu: Do you remember what is your fault?!
Mita:  (diam semakin menunduk)
Ratu: Yesterday, in the morning.
Mita: (tetap diam)
Ratu: Why don’t you remember sista?!! You must remember it! (meletakkan kertas jasus di meja guru kemudian mengadili pelanggar yang lain)
Beberapa saat kemudian…
Ratu: (mendatangi Mita) Have you remember sista?
Mita: (tidak menjawab)
Ratu:Tatakallamiy! Bisyur’ah! As’al ilaiki wa limadza la tatakallamina? Hah?
Mita: La a’rif ukhti.
Ratu:  Limadza la ta’rifina? Non sense! La Takzabi… Saking banyaknya mi itu pelanggaranmu sampai tidak kau tahu apa pelanggaranmu di’?!!
Ratu: Pelanggaranmu dek?!!!  Dari ujung kepala sampai ujung kaki, komplit! (melihat ke kertas jasus sebentar) konde, baju ketat, rok jangkis, tidak pake sandal wajib. Mauko diapai dek? Digantung?!
Nusya: Ratu.. kenapa? Mita FItriani sedeng? (berjalan mendekati Ratu) (Ana dan Dilfit juga ikut berkumpul)
Ratu: Iye’ kak. Liat saiki inie… (memperlihatkan  kertas jasus)
Ana: Astagaaa… bisa-bisamu de’!
Nusya: Beh, langganan...Rajin sekaliko borong pelanggaran di’. Bisako ini jadi ratu kismu kayaknya.
Dilfit: Memang ini Mita, kuliatki pake konde, baju ketat, rok jangkis juga melanggar waktu makan siang kemarin. Kutegurko toh dek? Tapi diam jko. Kenapako begitu de’?.
Ratu: ih, Baruji lagi kelas 3… rewana mamo…
Ana:  We dek iyo?
Dilfit: Mengaku mko!
Mita: ih, tidak kak.
Dilfit: Apa? Tidak?! Dengan pedemu kau bilang tidak?!
Mita: Difitnah jka itu kak…
Dilfit: Jadi kau bilangika juga bohong? ! Pikirki de’!
Mita: Betulanka’  kak… Ada temanku marah sama saya karna kucatatki pernah…
Nusya: Biar lagi itu difitnahko, siapa suruh selaluko melanggar. Pasti pernah jko juga melanggar… Jadi samaji intinya disini de’ tetap jko masuk kismu.
Ana: (mengambil catatan jasus dan mencari nama jasus Mita) Urusanmumi itu kalo banyak musuhmu. Kauji mungkin memang pernah cari masalah sebelumnya sama dia. Lagian bukan kelas 3 catatko.
Ratu: Salah ya salah, We don’t need reason sistaa!
Dilfit:  Jadi bagaimana ini de’?
Mita: Ada juga kak, anak kelas 2 yang dendam sama saya.
Ana: Alasanko! Bacrit sekaliko de’! Kentara bohongmu! Karna kelas 5 yang catatko ini.
Ratu: Sudah jelas-jelas melanggar, masih mengelak lagi. Tambah berat itu  hukumanmu!
Ana: Biarmi bedeng tawwa kak.. supaya ada cleaning service baru di ummul..
Ratu: Eah, bisalah suruh gantikanki piket saja di asrama selama sebulan.
Nusya: Ededeh teja’ saya! Sampaitamo  tamat!
Ana:  Tapi jangan mko.. Lebih bersih ji caranya kelas 6 membersihkan... Sebagai ketua kebersihan tidak setujuka…
Dilfit: Suruhmi saja bersihkan wc SMP do’. Bagaimana Mita?
Mita: Kak, difitnahka itu..
Dilfit: Hmm menyangkal lagi…
Ana:  Ededeh jang mko do’ nda mauki itu mengaku! Pernahmi kusuruh bersihkan wc sepekan na tappogek-pogekki sama hukumannya. Apalagi satu bulan, tidak mau memangki mengaku.
Ratu: Panggilmi kak jasusnya suruh kasi kesaksian.
Dilfit: iyo nah, kupanggilkanko… (mengambil kertas nama jasus di meja)
Nusya: Berdiriko diatas kursi deh Mita, angkat kakimu sampai datang jasusmu.
Mita: (melaksanakan perintah Nusya dengan cemberut terpaksa)
Nusya, Ana, Ratu melanjutkan mengadili pelanggar lain.
Dilfit: (keluar ruangan) Adek.. adekk.. kau dua orang siniko dule.
Umi dan Tami datang.
Dilfit: Adek minta tolong panggilkanka Khalisah Ulimah sama A. Nur Azizah Fajry ke ruang kismu sekarang nah.. Kalau bisa secepatnya…
Umi dan Tami: Iye’ kak. (mengangguk)
Dilfit: Oh iya, syukran nah de’…
Umi dan Tami: Afwan Ukhti…
Beberapa saat kemudian… Pelanggar yang tersisa di ruang kismu tinggal sedikit, itupun sudah selesai diadili dan hanya menunggu giliran untuk tanda tangan di buku pelanggaran. Pussy dan Rhyrii datang.
Pussy: Kak, dipanggil namaku sama namanya temanku ke ruang kismu bedeng…
Naili: Hm? Siapakah namamu sama namanya temanmu?
Pussy: Khalisah Ulimah kak sama A. Nur Azizah Fajry
Naili: Oiyo.. tunggumi dulu dek nah (masuk ke ruang mahkamah) Teman… siapa panggil Khalisah Ulimah sama Andi Nur Azizah Fajry? Adami orangnya di depan…
Ana: Oh, datangmi? Suruhki masuk Naili…
Naili: Oke!  (keluar) Adek, masuk mko bedeng nabilang Ana.
Nusya:  Syukran Naili …
Naili: Baah afwan.
Pussy dan Rhyrii masuk ke dalam ruang kismu sedangkan Naili kembali bercerita dengan Nujong dan yang lainnya.
Pussy dan Rhyrii: Assalamualaikum…
RNAD: Waalaikumsalam
Ana: Masukko dek
Nusya: Ade’ kau jasus sama saksinya Mita Fitriani toh?
 Pussy dan Rhyrii: Iye’ kak
Nusya : Nabilang Mita Kau fitnahki bedeng…
Rhyrii: Ih tidak kak. Betulan. Saya saksinya Ulhy…
Pussy: Kak, tidak bakal kucatatji kalau tidak melanggarki…
Dilfit: Itu Mita! Sudahmi kupanggilkanko jasus sama saksimu. Apa lagi mau kau protesi?
Mita: Dimanaki liatka kak melanggar?
Rhyrii: Dimana-manalah, ka nupake itu baju di semua tempat.
Ulhy: Di depan kope, samako Ummu dek.
Ana: Kau bilang tadi difitnahko karna dendamki jasusmu. Adakah masalahmu sama mereka?  Tidak adaji toh..? Kenapa kau bilang difitnahko padeng? Murni pelanggaranmuji ini dek.
Nusya: Mentong ini Mita! Mengaku lalo mko de’.
Mita: (diam)
Dilfit:  Kreatifko dek cari alasan. Jangko pake alas an mati. Basi sekalimi itu anak Ummul yang bilang difitnahji sama jasusnya.
Ratu: Biasanya itu kalau difitnahko banyak orang catatko baru itu-itu tonji pelanggaranmu. Tapi ini satuji, kelas lima lagi yang catatko. Na Orang yang pake acara dendam itu palingan anak SMP.  Anak kecil…
Nusya: Apalagi bukanUli jasus karna masuk kismu.. Sayaji yang tunjukki…
Naili masuk ke ruang kismu.
Ratu: bicarako de’…
Naili: (menghampiri Nusya) Nusya.. ada adek kelas  nacari Mita di depan…
Nusya: Ha? Siapa?
Naili: Tauk. Anak kelas 3ji pokoknya juga. Kenapai Mita kah? Apa lagi pelanggarannya?
Nusya: Ine.. konde, baju ketat, rok jangkis, sama tidak pake sandal wajib baru tidak mauki mengaku…
Naili: Ideh! Iyo? Rewamu de’ ck ck ck…
Nusya: Adek kau yang di pintu jangko tinggal di situ dek.. masukko..
Anti dan Tata saling sikut sebentar namun tetap berada di depan pintu.
Anti: kak, ada pembesuknya Mita.
Ana: Ah,   Janganko dulu dek.. ! Lagi mengadiliki ini! Belumpi mengaku Mita belah juga.
Tata: Tapi kak dari tadimi ibunya menunggu.
Dilfit: Maukokah keluar Mita?
Nusya: dikasiko ini pilihan, plihmi, keluarko temui pembesukmu tapi diadili ulangko di mahkamah berikutnya atau mauko selesaikan pengadilanmu hari ini juga. Seben mami do’
Mita: (tidak menggeleng tidak mengangguk)
Ratu: Keluar mako do’ supaya pulang tongki kita cepat-cepat…
Ana: Iyo do’ karna samaji kalau pengadilanki nanti lagi pasti banyakji lagi orang catatko. Mending pergiko..
Mita : (masih diam)
Dilfit: Ndak maukokah keluar dek? Janganmi padeng.
Naili : (keluar menuju tempat Anti dan Tata) pulang mko de’ bilangko sama macenya Mita, tidak lamaji itu diadili Mita. Maumi selesai sisa tunggu mengakunya mami Mita.
Anti: Iye padeng kak. Makasih banyak.
Naili kembali ke tempatnya.
Tata: ih Anti, tapi marah-marahki nanti macenya Mita. Mauki bagaimana bedeng?
Anti: Ih biarmi deh Tata… Maukokah bilang sama kakak?
Tata: iyo padeng, Tapi kau bilang sama macenya Mita nah.
Anti: iyoji…
Tata: Assalamualaikum kak…
Semua: Waalaikumussalam wr. wb
Dilfit: Jadi dek? Kapan pko mau mengaku?
Ana: Adek! Lihatka! Bilangko yang sejujurnya. Melanggarko toh? Tidak buta jki nah de’ Ditauji kau memang suka sekaliko melanggar.
Ratu: Kenapakokah de’ tidak mau mengaku? Apa susahnya bedeng? Bilang mko saja “iye’ kak melanggarka’” terus dikasiko hukuman, pulangki terus ketemu tong mko  do’sama pembesukmu.
Dilfit: (mendekati Mita dan merangkulnya) Sebenarnya toh de’ gampang sekali ji kalau mauko langsung dihukum. Tapi butuhki kejujuranmu de’
Mita: (diam)
Dilfit: Jujurko dek.. tidak kumarahi jko, ya atau tidak?
MIta: i.. iye’ kak…
Nusya: Akhirnya…
Ratu: Ih, mengakumi tawwa..
Ana: iye’ apa bedeng?!
Dilfit: Jangko dulu teman… Kasi kesempatanki bicara baik-baik..
Mita: Tapi pake sandal wajib jka kak… Bohongki kak Ulhy dengan kak Rhyrii…
Rhyrii: Pede-pedemu dek tuduhka bohong! Anak baik-baikka saya nah..
Pussy: Ih dek, kauji itu suka bohong gang..
Nusya: Patotainya ine… nabilangi kakak kelasnya bohong. Cari masalah mentongko de’.
Ratu: Jangan laloko bohong terus.. ndak capekko itu?
Ana: Aih, sudahmi teman! Tidak bakal mengakuki! Langsungmi saja hukumki membersihkan  wc satu bulan!! (marah sambil memukul meja dengan keras)
Tiba-tiba Macenya MIta dating masuk ke ruang mahkamah dan mengamuk.
Hera: Siapa yang larang saya ketemu sama anak saya?!! Hah?!! Siapa?!
Nusya: Ih, tante tenangki dulu..
Hera: Diam! Saya sudah menunggu dari tadi!! Saya pikir ada apa? Kenapa anak saya lama sekali dating. Ternyata kalian yang tahan dan halangi anak saya ketemu dengan saya! Kalian kira kalian siapa?! Kalian kira kalian siapa? Kalian itu bukan Pembina. Kenapa kalian adili anak saya seperti ini? Kalian anak presiden pun saya tidak peduli! Kalian tidak punya hak apa-apa untuk larang anak saya ketemu saya.
Sementara itu beberapa teman yang lain berbondong-bondong masuk ke ruangan ingin melihat Hera.
Ana: Tante, bisaji dijelaskan semuanya.. (baik-baik)
Hera: Apa? Tidak ada yang perlu dijelaskan. Sudah cukup jelas kan kalau kalian yang salah?!
Ratu: Tante tapi disini mauki luruskanki dulu bahwa kami… (tidak melarang anak tante untuk bertemu…)
Hera: Tidak! Saya tidak mau dengarkan penjelasan apa-apa. Saya tidak terima anak saya diperlakukan seperti ini sama kalian.
Dilfit: Tante minta tolong tenangkan emosita dulu…
Hera: Tidak!saya tidak bisa tenang ini. Pokoknya kalian harus tanggung jawab atas apa yang terjadi hari ini!
Nusya: Tante, kasi bicara temanku dulu…
Hera: Alah! Dari tadi kalian sudah banyak bicara! Kalian itu bilang mau menjelaskan saja taunya.
Naili: Tapi tante memang kita tidak kasi kesempatan temanku bicara. Belum apa-apa sudah kita potong.
Hera:  Sudah! Saya mau ambil anak saya pulang saja. Dan ingat, saya akan laporkan kejadian ini pada Pembina kalian. Mita, ayo ikut Mama…
Hera menarik Mita keluar dari ruang mahkamah. Sementara yang lain hanya bisa membiarkan mereka pergi.
Keesokan harinya Kabid dan sekbid HA beserta Staff Harian dipanggil ke kantor. Akan tetapi Nusya dan Ana sedang bimbel.
Novi Rima Fijrah: Assalamualaikum…
Keken: Waalaikumussalam kenapaki nak? Masukki.
Novi: Ibu, tadi ada panggilannya kabid sekbid HA sama staff harian ke kantor SMP. Kalau boleh tahu… Ada apa ibu?
Keken: Oh, barangkali  Bu Yuli yang panggil.
Novi: ibu, kira-kira dimana bu Yuli sekarang?
Keken: Coba bedeng cari di dalam. Tadi bu Yuli di sana, siapa tahu masih ada. (sambil menunjuk ke dalam kantor)
Novi: Oh iye. Makasih bu.
Keken: Ya, sama-sama.
Novi Rima dan Fijrah berjalan menuju ke arah yang ditunjuk Kendy, dan Dante muncul dari arah t4 teh.
Keken: eh, ini datangmi bu Yuli.. Ibu, dicariki itu sama anak-anak…
Dante: O. Datang mko anak-anak?
Novi Rima dan Fjrah diam di tempat.
Dante: Duduk. (sambil duduk di samping Keken)
Dante: Mana ketua Bidang Hikmah Advokasi? Ada masalahnya lagi itu dengan orangtua santri.
Rima: Iye’ bu.. Ada bimbelnya siang ini…
Dante: Apa lagi itu nabikin Ainun Sakinah kah? Kenapa sering sekali bermasalah?
Fijrah: masalah apa ibu?
Dante: Itu tadi pagi saya dapat laporan dari orang tua santri. Katanya anaknya difitnah masuk kismu baru disiksa sama bidang Hikmah Advokasi di ruang mahkamah. Saya kira kalian sudah diberi tahu supaya tidak main tangan sama adek kalian?
Fijrah: Minta maaf sebelumnya ibu, Tapi setahu kami tidak pernah ada kekerasan fisik yang dilakukan sama temanku seperti apa yang orang tua santri tersebut laporkan. Selama ini di dalam maupun di luar ruang mahkamah tidak terjadi penyiksaan seperti itu. Penyiksaan dalam arti apa maksudnya ini kah ibu?
Dante: Kenapa tidak pernah? Kalau tidak pernah kenapa ada laporan yang masuk? Orang tua santri itu sendiri yang marah-marah di kantor tadi pagi karena katanya anakanya dikasari.
Rima: Dikasari seperti apa ibu?
Dante: Yah, disiksa.. dibentak-bentak, dikasari, diteriaki bahkan sempat main tangan.
Keken: tidak begituji mungkin ibu… Orang tua santrinyaji mungkin yang melebih-lebihkan.
Dante:Tidak bu, memang ini anak-anak yang suka macam-macam.
Keken: Begitu memang anak remaja bu, masa pencarian jati diri, labilki.
Dante: Tapi pengadilan kan bukan untuk ajang sok-sokan?!
Keken: IYa bu, Tapi anak IPM kan juga baikji maksudnya menegur pelanggaran adik-adiknya.
Dante: Tidak mesti pake dilarang ketemu pembesuknya sampai berjam-jam toh?
Keken: (mengangguk-angguk mengalah)
Rima: Siapakah ibu namanya yang diadili pake kekerasan itu?
Dante: Saya juga tidak terlalu ingat. Miftahkah, Mirakah, MInakah atau siapa? Kalian pimpinan IPM tidak tahu? Seharusnya itu kalian lebih tahu dari ibu.
Novi: Yang mengadili waktu itu ibu bidang Hikmah Advokasi, mengenai ini  kami tidak bisa memastikan.
Fijrah: Kalau dengar-dengar sedikit pernahji ibu, tapi kalau keseluruhannya kami kurang tahu. Jadi dari pada salah-salah yang dikasitaukanki sama kita…
Dante: Kalau begitu saya tidak mau tahu, panggilkan Ainun ke sini! Atau sekertarisnyakah atau kalau mereka bimbel, panggilkan saja anggotanya Hikmah Advokasi.. pokoknya sekarang...
Rima: Iye’ bu. Kupanggilkanki’.
Dante: Sekalian pulang mako ke asramamu. Pusing kepalaku liatko anak-anak.
NRF: iye’ bu.
Beberapa saat kemudian…
Syifa dan Dian: Assalamualaikum..
Dante: Waalaikum salam masuk
Syifa dan Dian masuk dan duduk di depan Dante.
Dante: Kalian tahu kenapa kalian saya panggil?
Syifa dan Dian: (mengangguk)
Dante: Saya panggil karna ada orangtua santri lapor tentang masalah kalian dengan anak kelas 3. Kalian mengadili dengan cara kasar sampai pake main tangan. Kalian tahu?
Dian: ih, ibu…
Dante: Apa ih ibu..? Sebentar-sebentar ada lagi masalah, berurusan lagi sama orang tua santri. Kita mau jaga nama baik pesantren, Tapi kalian malah merusak, berulah, bikin malu.
Keken : Sabarki bu.. Jangki terlalu cepat naik emosita… sebelum didengarkan penjelasan dari dua pihak.
Dante: Bagaimana tidak marah kalau begini bu?
Keken: Bisa jadi toh tidak main tanganji tawwa bu, Cuma salah paham saja…
Dante: Jangki dulu bela anak-anak bu… Ndak bisa itu dipercaya.. (memalingkan wajah meredakan emosi)
Keken: Bagaimanakah memangnya nak?
Syifa: Kurang ditau juga ceritanya ibu.. Karna waktu kismu saya sama Dian tidak mengadili di ruangannya kelas 3. Baru cepat pulang ruanganku ibu, sedikitji pelanggar kelas 4 & 5. Tapi bu,tidak pernah main tangan temanku.
Dante: Kalian juga tidak tahu?!! Astagaaaa….
Dian: Setahu kami bu, memang ada orang tua yang marah-marah di ruangan na ancamki temanku bakal dilapor bedeng ke Pembina. Tapi ndak ditau kenapa  bisa? Selebihnya tidak kutaumi bu.
Dante: Kenapa kalian tidak tahu semuanya padahal kalian satu bidang? Tidak pernahkah rapat koordinasi?
Dian: Baru mau dibicarakan dalam rapat ini malam ibu…
Dante: Kalau begitu suruh semua yang ada dalam ruangan kismu itu  besok ke kantor. Saya mau bicara. Panggil juga Novi.
Syifa: Iye bu, nanti kami sampaikan.
Dante: Pulang mko.. Mauka juga pulang ini saya, sakit sekali kepalaku..
Dian dan Syifa: Permisi ibu, Assalamualaikum…
Malamnya Novi, Rima, Fijrah, Ratu, Nusya, Ana, Dilfit, Syifa dan Dian mengadakan rapat tertutup di mesjid.
Novi: Assalamualaikum wr. Wb.
All: Waalaikum salam wr. Wb.
Novi:  Mau dibuka pake Muqaddimah dulu atau kah langsung mki saja mulai?
Dian: Langsungmi Nov…
Novi: (mengangguk) Oke, langsung mki saja nah kawan…
Ana: iyo. To the point mki
Novi: Disini teman.. berkumpulki berapa orang? Satu, dua, tiga, … yah sembilan orang dengan saya. Mauki ini dibicarakan masalahnya Hikmah advokasi. Nabilang bu Yuli sama saya… Katanya.. katanya ini nah tidak kutuduhko. Saya percaya jko teman. Tapi bu Yuli nabilang kalau kalian main tangan sama adek di ruang mahkamah bedeng.
Nusya: Novi, begininah mauka perjelaski main tangan bagaimana ini maksudnya? Perasaan selama periodeta’ tidak pernahka main tangan sama adek kelas. Apalagi kodong anggotaku, palingan kalau emosiki pukul mejaji. Padahal kalau mau dibilang menguras emosi sekali itu hadapi kelakuannya adek kelas.
Ana: Iyo weh, itu nah pas diadili Mita. Kalau bisa kukatto’ kepalanya kukatto’! patotoai sekali! Tapi ndak. Karna kuingat jko Novi, Kuingatki temanta yang lain pasti terbebani lagi kalau bikin masalahki. Pasti kalau sampai masuk kantor masalahnya namarahiko, nasalahkanki juga Nusya . Padahal bukan kalian yang memukul. Pembina mamo,  marah-marah saja kerjanya.
Novi: Kalian juga tidak kasi tau kami tentang hal ini. Jadi pas ditanyaki sama bu Yuli tidak bisaki banyak bicara ka tidak di tau juga permasalahan. Marahmi juga bu Yuli kenapa beng pimpinan IPM tidak peduli sama masalah.
Dilfit: Ka tidak mau jki kita besar-besarkan masalah, Novi.Lagipula  tidak adaji  dirasa kesalahanta waktu itu jadi fine –fine jki. Orangtuanya ji Mita itu yang langsung marah-marah di ruangan gang.
Ratu: Begini kak Novi, Kayaknya memang perlu diverifikasi ulang ini laporannya adek kelas ke ortunya. Karna saya adaja juga mengadili waktu itu. Saya malah yang pertama adiliki Mita. Na kujamin tidak ada temanta main tangan.
Syifa: Iyo gang, sudah mka juga bilang sama buYuli tidak ada temanta main tangan. Tapi tidak napercayaiki belah bu Yuli. Untung di situ dibela jaki sama bu Pratiwi.
Fijrah: Baah Syifa, kita juga dikasi begitu jki sama bu Yuli.
Rima: Bukan cuma itu bedeng  yang napermasalahkan ortunya Mita. Anu juga, difitnahki anaknya masuk kismu baru disiksaki anaknya, dilarangki ketemu pembesuknya padahal lama sekalimi macenya Mita menunggu.
Dilfit: Astagfirullahalazim… Pallana bote’ itu anak satu! Na kuliat tonji itu hari pake baju ketat, rok jangkis sama konde tingginya. Tidak kulihat iya pake sandal apaki. Tapi kubilang saya ndak pake sandal wajibki. Nabilangji juga Khalisah Ulimah dengan Andi Nur Azizah Fajry. Bisaku itu lebih percaya sama Mita?
Ana: Baru weh itu juga harus kau tahu Rima. Tidak dilarangji nah ketemu pembesuknya. Cuma dia iyya lama sekali mengaku, lama tong mki adiliki.
Dilfit: Ada adek kelas memang ke ruang kismu bilang ke Mita ada pembesuknya. Tapi waktu itu mau mki selesai mengadili jadi dipikir tidak lamaji.
Nusya: Sudahmi juga dikasikan pilihan, ketemu pembesuknya tapi diadili ulangki kalo mahkamah selanjutnya atau diselesaikan pengadilannya hari itu juga. Mitaji itu diam teruski jadi kubilang saya berarti tidak mauji keluar ketemu macenya dulu. Di lanjutkani pengadilan…
Dian: Itu bilangja’ terlalu lebbayki itu do’ bu Yuli tanggapi laporannya orang tua santri.
Fijrah: Iyo, memang itu do’ lebbay sekali.
Nusya: Mentong!
Ratu:Atau orang tua santrinya mungkin yang lebbay?
Syifa: Atau barangkali adek kelas yang terlalu banyak melapor salah ke macenya.
Ana: Ah, Intinya di sini bukan kita yang salah sepenuhnya gang!
Yg lain: (ribut bersorak) baah/ betul/ setuju/ iyo gang/ huuu/dll
Novi: Teman, bisaki tidak terlalu ribut? Masjid ini… (berusaha menenangkan)
Fijrah: We, we, we temaan… diamko dulu semua. Tabe’. Na tegur mki gubernurta’…
Rima: Iyo teman, ndak bisakah rapatki satu kali tanpa bersorak-sorakmu semua?
Semua: (berusaha tenang dan saling ber sst-an)
Novi: Selesaimi ributmu? (memandangi seluruh anggota rapat)
Fijrah: Selesaimi (suara takut-takut bicara dan yg lain diam)
Novi: Teman..Kan ditaumi kalau tidak benar itu laporannya adek kelas dan ortunya. Sekarang… Apa yang mau kau lakukan semua untuk selesaikan ini masalah? Maukokah ketemu Ibunya Mita? Atau bagaimana?
Ratu: Kubilang saya toh kak Novi, haruski selesaikanki ini masalah satukaligus di semua pihak.
Syifa: ih, Ratu.. Nassangmi itu. Tapi masa ketemu semua pi pihaknya baru diselesaikan? Mending toh fixkanmi dulu masalahta’ di kantor sama Pembina. Karna bu Yuli napanggilki HA yang ada di lokasi sama Novi ke kantor besok. Mauki bicara bedeng sama yang terlibat di ruangannya Mita.
Ratu: Bolehji juga.
Dian: Supaya enakmi juga kalau masih komplainki ortunya Mita… Tidak terbebani mki  sama ancaman atas nama Pembina.
Fijrah: Bagusji kalau selesai satu kali pertemuan, kalo tidak?
Rima: Dicobami saja toh, siapa tahu berhasil. Kukira na bela jki juga bu Pratiwi?
Nusya: Teman lamamu… cepat mko ambil keputusan deh.  Capekka ini bimbel dari siang sampai sore. Mengantuk mka kasian…
Syifa: Iyo teman percepatmi rapatta.
Ratu: Begini padeng, siapa yang setuju kayak tadimo?
Rima: Sayaa setujukaa.. (acung tangan)
Novi: Saya juga setuju jka..
Nusya: Yyo, saya juga ..(acung tangan)
Dilfit: Setuju.. (acung tangan)
Dian: Biar tidak adami alasannya orangtua jo’joki ki’ lagi do’ teman
Fijrah: Haruski paeng usahakan selesaikan ini masalah di Pembina secepatnya. Baru panggil juga Mita, kalau seles masalahta besok, baruki bicarakan lagi sama ibunya Mita.
Dilfit: Novi, itu juga. Panggil tongmi sekalian jasus&saksinya Mita biar tidak nabilangiki ibu menambah-nambah atau pun mengurangi cerita.
Rima: Bagus juga kalau ada bu Pratiwi Quenta Maharani.
Novi: (mengangguk ) Jadi kesimpulannya besok  rapatki nah sama bu Yuli, Mita, saksi/jasusnya Mita dan kalau bisa ada bu Pratiwi.
Semua: Iyo/ Baah/ OKemih/ Yoi/Sip deh/dll
Novi: Sekian rapat kita hari ini. Nuun wal qalami wa maa yasturun. Nuun Demi Pena dan apa yang dituliskannya. Assalamu akaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semua : waalaikumussalam wr. Wb.
Keesokan harinya…
Di kantor, Novi , Ana, Dilfit, Dante,Keken dan Mita berkumpul untuk rapat. Keken sehabis berbicara dengan Mita.
Keken: Assalamualaikum wr. Wb.
Semua: Waalaikumussalam wr. Wb.
Keken: Baik. Bismillahirahmanirrahim. Meskipun belum semua peserta rapat hadir, namun untuk mengefisienkan waktu ada baiknya kita mulai rapat ini secepatnya. Dipersilahkan kepada ibu Yulianita untuk memimpin rapat ini.
Dante: Baik. Terima kasih bu Pratiwi… Mana ketua HA, Ainun Sakinah?
Novi: Pergi panggil saksi dan jasusnya Mita ibu.. Tapi adaji sekertarisnya.
Dante: Mana sekertarisnya?
Ana: (mengangkat telapak tangan) Saya bu..
Dante : Oh ya, disini saya mau kalian kemukaan pada saya apa yang menyebabkan masalah ini terjadi.
Ana: Awalnya toh bu, pengadilan jaki seperti biasa. Terus Mita banyak sekali pelanggarannya tapi tidak mauki mengaku. Jadi dipanggilmi bu saksi dan jasusnya… Disuruh mengaku tetapki mengelak jadi emosi mki ibu. Tapi tidak dikasariji bu, marah-marah jki saja. Eh, tiba-tiba langsung macenya MIta dating ke ruangan marah-marah.
Keken: Tidak adakah pemanggilan pembesuk sebelumnya?
Dilfit: Iye?  Tidak kedengaran ibu..Tapi adaji temannya datang panggilki… Sudahmi dikasi kesempatan untuk keluar tapi Mitaji yang tidak mau keluar.
MIta: Karna takutka kak nanti kalau keluar dimarahika gang.
Dante: E,Kenapa dimarahi kalau tidak salah?
Ana: Jangko kau sembarang nubilang dek! Dikasi jko pilihan! Bahkan saya kusuruh jko toh pergi ke pembesukmu!
Mita: Ededeh kak, Tapi ndak mauja masuk kismu lagi. Sakit diduduki tanganta’.
Dilfit: Resikomumi itu dek. Makanya janganko melanggar.
Ana: Lagian perasaan selalu memang jko masuk mahkamah..
Keken: Sudah.. sudah. Bukan begini caranya menyelesaikan menyelesaikan masalah. Cuma salah pahamji ini sebenarnya… Bisaji dibicarakan baik-baik tanpa harus saling menyalahkan.
Dante:Kalian juga anak IPM, Marah-marah itu bukan cara menegur yang baik. Tidak bisakah ditegur saja baik-baik.. ? Tidak usah sok-sokan mentang-mentang kalian IPM.
Novi: Ibu, saya rasa terbawa emosi itu wajar. Selama kami tidak main tangan hal itu dapat dimaklumi. Dalam mengadili bu… Kan ada berbagai macam karakter yang dihadapi… Ada yang baru dimarahi sedikit saja sudah menangis, ada juga yang biar dihukum naik mimbar tapi tidak kapok, bu.
Dilfit: Kalau tidak macam-mcamji kelakuannya adek kelas tidak dimarah-marahi tong jki itu ibu.
Keken: Itu bu, janganki tawwa terlalu curigai anak IPM. Hati-hatiki juga sama laporannya orangtua santri. Siapa tahu tidak benar atau salah pahamki.
Sementara itu Nusya Ratu Pussy dan Rhyrii  tiba di kantor.
NRPR: Assalamualaikum wr. Wb.
Semua: Waalaikumussalam wr. Wb.
Keken: Udhulna…
Keempat orang itu masuk.
Ratu: Ibu, ini jasus sama saksinya MIta waktu itu.
Dante: Duduk mki dulu baru ceritakanka apa yang kita tau…
Kempatnya duduk.
Dante: Cerita maki..
Rhyrii: Melanggarki MIta bu, trus dicatatki. Baru nabilang sama kakak IPM bohong-bohong jka sama Ulhy tulis jasus untuk fitnahki.
Nusya: Iye’ bu. Pede sekali…  Takutji itu dihukum kalau mengakuki.
Keken: Aih, kenapaki begitu Mita?
Dante: Apa memangkah pelanggarannya?
Pussy: Konde, kelihatan rambut, baju ketat, rok jangkis, sama tidak pake sandal wajib, bu.
Dante: Iya Benar?
Mita: (diam perlahan mengangguk)
Dante: Hhhssh
Keken: Terus kita Mita, kenapaki melapor sama mamata’?
Mita: Tidak melaporka ibu.
Dante: Apaji padeng dibilang ke orangtuata’?
Mita: tidakji ibu.
Dante: Kenapa tidakji na marah-marah sekali kuliat mamata’ waktu datang ke kantor?
MIta: Ih tidakji bu… Tidak kutau juga kenapa na langsung marah-marah maceku bu. Kubilangji saja waktu di ruang informasi “kenapaki ma’” Tapi namarah-marahika juga. Jadi diam mka bu.. Baru sudahnya nakasikanka uang pulangmi langsung. Waktu dating juga ke kantor ibu, tidak ketemuka.
Ana: Ada barangkali masalahnya bu… Jadi na tumpahkan kemarahannya di sini…
Dante: Oooh.. Jadi emosi memangki di’?
Novi: Iye ibu, jadi kasi damaimi ini
Keken: Bagaimana IPM?  Mau jko damai toh?
Dilfit: Iye ibu.. Tapi haruski Mita janji tidak  naulangi mi lagi ini
Keken: Yang lain bagaimana?
Ana: IYe bu asalkan tidak diulangi
Ratu: Kalau saya pemaaf jka ibu jadi ndak apa-apaji
NUsya: Baah ibu, biarki kita sangar tapi cinta damai jki.
Dante: Mita bagaimana?
Mita: iye’ bu tidak kuulangimi lagi
Dante: Iyaa, maaf-maafan mko padeng, janganko lagi  bikin masalah nah..
Keken: Tafaddal Novi, Ratu Nusya, Ana, Dilfit, kelas 5… Siapa lagi namanya? Rhyrii… Ulhy…?
Novi: ih ibu, ndak bermasalah jka saya…
Dante: Biarmilah, salam-salaman mko saja semua.
Mereka akhirnya saling bersalam-salaman.
Keken: Jadi sudahmi toh? Selesaimi masalah? Jangan lagi ada diungkit-ungkit supaya tidak timbul rasa marah dan dendam lagi.
Semua: Iye’ bu…
Dante: Baik. Sekian pertemuan kita hari ini. Nuun wal qalami wa maa yasturuuuun. Nuun Demi Pena dan apa yang dituliskannya. Assalamu akaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Semua: Waalaikumussalam wr. Wb.
Beberapa hari kemudian…
Hera membesuk Mita di pesantren dalam keadaan mood yang sudah membaik. Terlihat Mita, Selpi dan Kim berjalan dari asrama menuju ruang informasi. Disana Hera duduk  sambil tersenyum menyambut kedatangan anaknya.
MIta: Maa…(sambil menyalami)
Kim dan Selpi: Assalamualaikum tante… (menyalami Hera)
Hera: Waalaikumussalam ..Ini Mita kenapa tidak salam?
Mita: Iye’ padeng ma’ Assalamualaikum..
Hera: Waalaikumussalam wr. Wb. Ya begitu dong.
Mita: Ma’ mau miscall temanku nah…
Hera: Baah.. Ini (menyodorkan hp)
Mita memberikan hp kepada Kim dan Selpi kemudian duduk di dekat ibunya.
Kim: Thanks nah MIta, …
MIta: Iyoo..
Selpi: Makasih tante…
Hera:  Iya, sama-sama.
Mita: Ma’, mauki minta maaf kakak kelasku.
Hera: Oh baguslah
Mita: Ih, kita itu gang ma’… Kenapaki langsung marrang-marah di ruang mahkamah? Malu-maluka gang…
Hera: Oo.. iyo, lagi emosika itu hari. Capekka itu hari pulang kerja, banyak sekali pekerjaanku. Belumpi itu adekmu ada masalahnya di sekolah… bertengkarki sama anaknya kepsek.  Tambah lagi kau… dibesukko na tidak muncul-munculko. Bagaimana tidak mendidih darahku kalau begitu? Pas nabilang temanmu ndak bolehko dulu pergi temuika langsungma’ pergi di kelas marah-marah.
Mita: Jadi mau jki ini maafkan kakak kelasku toh?
Hera: Ndak taumi nantipi dilihat
Mita: ih, Mama tooh…
Hera: Karna kakak kelasmu iya, kenapa nalarangko bedeng dibesuk? Capek tongma gang dating ke sini jauh-jauh! Masa’ tidak ketemuka sama anakku?
Mita: Karna tidakji tawwa ma’.. nasuruhja’ pergi ke kita tapi saya tidak mau ka kukira tidak buru-buru jki kayak biasanya. Tidak mauja juga diadili ulang gang… Bertumpuk-tumpukmi hukumanku belah dari ibadah bahasa sama PIP juga.
Hera:  Ih.. iyo?! Mdedeh Kenapako tidak bilang sama Mama waktu itu? Sudah tongmi kulapor ke pembinamu.
Mita: Kita itu langsung jki pergi sudahta’ kasika uang jajan sama makananku.
Hera: karna buru-buruka… Ada rapatku jam lima.. baru jam berapami waktu itu…
Kim: Tante ini hpta’ makasih banyak
Hera: yaa.. masama
Mita: Ma’ pergika dulu padeng panggil kakak kelasku yang kita marah-marahi waktu itu nah…
Hera: Iyo.. cepatko nah…
Nusya, Ana, Ratu Dilfit dan Mita datang.
Mita: ma’ ini kakak kelasku datangmi
Hera: Oh iya siniki nak
Nusya Ana Ratu Dilfit: Assalamualaikum tante..
Hera: Waalaikumussalam wr. Wb.
Nusya: Jadi begini tante, mungkin sudahmi dijelaskan juga sama Mita kalau kami bermaksud untuk minta maaf atas kejadian beberapa hari yang lalu.
Hera: Aduh saya juga minta maaf ini nak. Sudahmi  naceritakanka Mita yang sebenarnya. Salahpahamka disitu kasian, kondisi tubuh kurang fit terus ada juga banyak masalah yang lain. Buru-buruka juga mau hadiri rapat.
Dilfit: Iye tidak pa-pa ji tante…
Hera: Tante pikir kalian larang anak saya dibesuk padahal itu saya tunggu dari jam setengah 4. Dan pas saya datang saya dengar suara pukulan meja. Ya, saya langsung emosi. Maaf ya nak.
 Ana: Iye tante, kami juga minta maaf sama tante.
Hera: Kata temannya Mita, dia diadili sama kakak IPM… Kalau boleh tante tahu, memangnya kenapa kalian adili Mita?
Nusya: Tante, disini kalau ada pelanggaranta’ memang diadili. Kalau tidak begitu tidak bisa tertib nanti anak Ummul tanpa pengawasan…
Hera: Apakah pelanggarannya Mita?
Ratu: Iye, tidakji tawwa tante…
Hera: MIta… apa pelanggaranmu nak?
Mita: (tidak menyahut hanya menunduk)
Hera: Jawaab Mita..
Ratu: Selesaimi pengadilannya tawwa tante… Nalaksanakanmi juga hukumannya…
Hera: Ndak apa-apaji nak, bilang mki saja.. Mau ja tau bagaimanaki Mita di sini..
Dilfit: Pelanggaran biasaji tawwa tante..  pakaian. Bukan ji masalah HP, bicara kotor, atau makan-minum berdiri.
Hera: Nantipi Mita kubelikanko pakaian besar supaya tidak masuk kismuko lagi. Ini pakaianmu dari SD kekecilanmi kenapa masih kau pake? Perasaan banyakji pakaian kubelikanko nak…
MiTA: Iye’ ma’ tidakmi nanti.
Ana: Tidak naulangimi tawwa tante sudahmi berjanji. Buktinya kemarin tidak adami namanya di kismu.
Hera: Alhamdulillah… Oh iyo padeng, salimko dulu sama kakak-kakakmu ini… Minta maaf
Mita: Sudahmi pernah ma’
Hera: Eh, biar itu sudahmi. Ulangi di depannya Mama’!
Mita: Iye’ paeng.
Kembali mereka bersalam-salaman dan bermaaf-maafan di ruang informasi.
Ana: Tante, kami juga mau minta maaf sama tante… sekalian pamit.
Nusya Ana Ratu Dilfit menyalami Hera.
Hera: OH iya, Tante minta maaf juga yah nak.. memang ini anaknya Tante suka cari sensasi barangkali. Jaga-jaga kodong ini adekmu di’ nak…
Dilfit: Iye’ tante..
Nusya: Tante tabe’ mau permisi dulu.. Assalamualaikum
Ratu Dilfit Ana: Assalamualaikum Tante…
Hera dan Mita: Waalaikumussalam wr. Wb.
Mereka lalu pulang ke asrama bersama-sama.
_Selesai_


2012/12/01

Pesantren dan (yang akan menjadi) Kenangan

Ketika kalian berinteraksi seharian penuh bersama teman, berbagi suka cita air mata bersama selama bertahun-tahun kemudian menyadari bahwa pada akhirnya kalian harus berpisah. Tidakkah kalian merasa berat, atau sedih? Harus, tentunya! Artis-artis yang selokasi syuting setahunan saja bisa cinloklah, bersahabatlah, atau apalah..Bahkan tak jarang mereka  menyebut kebersamaan syuting itu sebagai 'layaknya keluarga' 'jalanin semuanya sama-sama' atau istilah-istilah lain yang senada. Masa kalian tidak? (mokso nih?!)

Lalu bagaimana dengan kehidupan pesantren (seperti kita)? Yang mulai bangun tidur buka mata, di sekolah, sampai malam hari selanjutnya tidur kembali tak pernah lepas dari teman-teman. Bayangkan sudah seperti apa kebersamaan itu mengakar. Bayangkan sudah seperti apa kesolidaritasan yang tercipta dari kebersamaan itu. Bayangkan seperti apa rindu hebat yang bisa ditimbulkannya untuk menghujam hati kita setelah melewati masa-masa indah itu.

Sekian tahun berbaur dan menyatu dan dilakukan bersama-sama. Bersama-sama masuk ke dalam gerbang biru itu, meninggalkan rumah berpisah dari orang tua. Makan minum bersama, belajar dan mengerjakan tugas bersama.Mencuci-menjemur-menyetrika bersama,, tidur pun sekamar seasrama. Menjalankan program dan menaati peraturan bersama. Namun bisa juga melanggar dihukum, dan menghadap pembina bersama-sama.Itulah seninya, menangis bersama, tertawa bersama. Ketika kita memulai cerita ini bersama, maka mengakhirinya pun harus bersama.

Kita berkumpul dalam lingkungan 'keluarga' yang sama, mempelajari banyak hal, jatuh bangun. Saling memahami saling mengerti saling mengetahui kelebihan dan kekurangan satu sama lain.Saling tahu cerita yang dibawa masing-masing. Saling berbagi, saling menyayangi. Saling mengajarkan arti kebersamaan dan persahabatan.

Bisa diyakini bahwa kenangan-kenangan itu akan menghantui kita dengan rindu, rindu dan rindu. Rindu pada teman-teman kita. Rindu pada guru-guru kita. Rindu pada seragam sekolah kita. Rindu pada kakak dapur yang memasakkan kita setiap hari. Rindu pada semua orang yang ada di pesantren kita. Rindu pada hukuman-hukuman yang biasanya kita dapatkan. Rindu pada ocehan, omelan, teguran, dan siraman rohani gratisan pembina kita. Atau rindu pada ceramah yang menjenukan di subuh hari.Rindu pada tempat-ptempat bersejarah yang menjadi saksi bisu keakraban kita. Kelas, asrama, mesjid, lapangan, parkiran, dapur, dan semuanya.  Rindu pada pengalaman/kejadian lucu, unik, aneh, memalukan, menyebalkan, apalagi yang menyenangkan. Rindu pada apa saja yang mungkin tak terjangkau akal sehat.

Ya, kedengarannya memang melankolis-plegmatis (terlalu didramatisir), tapi diakui atau tidak begitulah kenyataannya. Sejogyanya orang yang telah menjalaninya akan setuju terhadap itu.Meski barangkali akan ada yang menolak, itulah orang yang yang belum tahu seperti apa sebenarnya hidup pesantren itu. Tapi terkhusus saya dengan contoh konkrit di pesantren saya menyatakan hal yang cukup berbeda dari pandangan umum orang-orang mengenai pesantren.Orang yang belum tahu bisa jadi menganggap ulasan diatas hanyalah bualan skeptis belaka. Mereka kira pesantren adalah tempat sulit yang tak mengasyikkan sama-sekali. Berpisah dari orang tua sehingga segalanya harus mandiri. yang sekarang Menurutku itu hal yang menantang. Belum lagi diatur-atur, dan kalau melanggar dihukum ini itu. pokoknya hidup diantara pembinaan 24 jam yang melelahkan. Dan bagiku ini latihan kedisiplinan dan keteraturan.

Coba kalau orang-orang itu memandang sisi positif dibalik proses yang tidak menyenangkan itu. Percaya atau tidak, mereka akan menyadari betapa tidak sia-sia dan beruntungnya orang yang sudah melalui proses perjuangan tidak menyenangkan itu. Serta alangkah indah hikmah kebersamaan yang kita rasakan selama enam tahun itu.

Jadi, jangan terlalu cepat kecewa atas apa yang anda alami. Karna dibalik kesulitan pasti ada kemudahan. Hidup di pesantren memang terkadang sulit, tapi jangan dianggap sulit apalagi dipersulit. Nikmati saja dan ingat bahwa kalian akan merindukan kembalinya masa-masa itu lagi. Tidak semua hal menyenangkan merupakan kebaikan bagi kita. Ada banyak hal yang kita benci namun justru tanpa kita sadari menjadi jembatan kita menuju surga... Amiin.