Biologi dan kehidupan :)

Biologi dan kehidupan :)
Rerumputan hijau diterpa matahari yang menyembul di balik awan

2011/08/12

SPEXSOLID


1.      Fiyah                  
2.     Fika
3.    Fuah
4.     Irmayanti
5.     Irma Rhyanih
6.     Ima Zahra
7.     Yasmin
8.     Tamhy
9.    Rofiqah
10.   Adha
11.    Lhyliiz
12.   Athuu
13.  Dhyand
14.   Kakannita
15.   Puput
16.   Aiiyhue
17.   Wilda
18.   Anhye
19.  Firda
20.  Nusya
21.   Naili
22.  Nurul
23. Anha
24.  Ummu
25.  Ranti
26.  Anlot
27.  Whia
28.  Umy
29. Shary
30. Kendy
31.  Kimjack
32. Acha
33.Tata
34. Phypii
35. Adhe
36. Ifa tono
37. Atueld
38. Deli
39. Dante
40.  Rhyrii
41.   Novhi
42.  Ifa Dj
43. Dhieza
44.  Ningsih
45.  Herha
46.  Rahmi
47.  Musfirah
48.  Rima
49. Vhyjrah
50.  Pussy
51.   Muflihah
52.  Nhu-hie
53. Syifa
54.  Wana
55.  Yana
56.  Tissa
57.  Ayu Azizah
58.  Timek
59. Muti
60.  Nhad
61.   Lhya
62.  Pudhe
63. Rhieda
64.  Citra
65.  Farah
66.  Ichonk
67.  Anggun
68.  Rhynii
69. Rhage
70.  Izzah
71.   Unna
72.  Mega Dahlan
73. Mita
74.  Selpi
75.  Rahma S
76.  Dilfit
77.  Whiwie
78.  Diment
79. Diba
80.  Maghe
81.   Muni
82.  Mimut
83. Ica Mali
84.  Rida Farida
85.  Moerisya
86.  Dinaf
87.  Ian
88.  Pupy
89. Ayu Ningrum
90. Nining
91.  Athirah
92. DP
93. Maya
94. Sulfi
95. Eky




Tak Berharga


dalam keramaian aku hampa
sepi dan berantakan
aku terabai, mengacau
aku tersisih, menusuk
duri tajam itu berkabut abu-abu..
mengoyak kerapuhanku pada keasingan ini
seakan ku tak layak tuk ada
seolah ku tak diinginkan  tuk ada
aku ini sampah, terbuang
teronggok perih di sini..
tapi siapa mau peduli?
aku bukan siapa siapa…
hanya manusia tak berharga, tak berdaya.

MEMORANDUM


Di Balik Awan
Ada sebuah lagu indah yang kurasa selalu saja bisa membangkitkan rasa rinduku padanya seperti rekahan bumi yang membangkitkan tsunami…

Ku tak selalu begini
Terkadang hidup memilukan
Jalan yang kulalui
Untuk sekedar bercerita

Pegang tanganku ini
Dan rasakan yang ku derita
Apa yang kuberikan
Tak pernah jadi kehidupan

Semua yang ku inginkan
Menjauh dari kehidupan

reff: Tempat kumelihat di balik awan
Aku melihat di balik hujan
          Tempatku berdiam tempat bertahan
          Aku terdiam di balik awan

a… aa … aa .. a ..
Pegang tanganku ini
Dan rasakan yang ku derita
Genggam tanganku ini
Gengam perihnya kehidupan

          Apa yang ku berikan
Tak pernah jadi kehidupan
Semua yang kuinginkan
Menjauh dari kehidupan

Tempat ku melihat di balik awan
Aku melihat di balik hujan
Tempatku berdiam tempat bertahan
Aku terdiam di balik awan

Tempat ku melihat di balik awan
Aku melihat di balik hujan
          Tempatku berdiam tempat bertahan
          Aku terdiam di balik awan

Tempat ku melihat di balik awan
Aku melihat di balik hujan
Tempatku berdiam tempat bertahan
Aku terdiam di balik awan


Saat aku mendengar lagu itu kembali,
Saat itu pula jantungku berdetak senada dengan alunan nada lagu ini..

Seakan aku melihat bayang kelebatannya lagi melalui pantulan cermin kecil dalam bus perpisahan kami…
Mendengar suaranya berkoar-koar seperti pengamen tak dibayar
Merasakan seluruh kepedihan menjalar dalam darahku
Mengulang satu fragmen terakhir kali aku melihat wujud nyatanya dalam bentuk tiga dimensi

Dalam khayalku..
Hanya dalam khayalku..

pinrang


Pinrang
2 Agustus 2011
Bangun pagi aku menyadari, bahwa aku harus  menyiapkan barang- barangku secepat kilat jika aku ingin tidak terlambat. Belum lagi masih banyak perlengkapan yang belum ada. hhaaahhhhhhhh… stress! Untung saja mamaku bersedia menemaniku belanja kilat. Meski itu sudah jam sembilan lebih seperempat, dan harusnya aku sudah ada di depan pabrik Coca Cola jam setengah sebelas.
Kami belanja dengan was-was, aku tak henti mengecek jam. Semuanya terasa begitu tegang bagiku. Waktu berjalan lambat. Akhirnya aku sampai di rumah jam setengah sebelas. Ketika papa datang, kami pun langsung berangkat ke lokasi persepakatan. Tapi ternyata bukan cuma aku yang terlambat, jadi kuputuskan membeli pulsa sambil menunggu temanku dan mobil Yasmin yang akan aku tumpangi bersama Rahmi dan Yana. Dan sekitar jam sebelas lewat sekian menit baru kami berangkat.
Di perjalanan, masuk waktu duhur, kami singgah di masjid al-Markaz Maros untuk salat duhur sekaligus jamak salat asar. Lalu perjalanan dilanjutkan ditemani pemandangan di kanan kiri jalan. Beberapa kali kami menyapa rombongan lain yang berada di mobil sewa. Dengan sms maupun dengan teguran langsung di jalanan. Beberapa kali Yana muntah tapi untungnya kami yang puasa tidak ada yang membatalkan puasa karena muntah maupun sebab lainnya.
 Sampai di Pare-pare, kami menjemput naik Deli dan Ima. Tak jauh dari Pare-pare, kami pun sampai ke tujuan. Rumah bercat hijau-putih telah membuka tangan lebar-lebar pada kami penebeng-penebeng ini. Yasmin, Ima Zahra, Deli dan aku akan nginap di sini selama kegiatan Pesantren Kilat berlangsung. Sedangkan Rahmi dan Yana dijemput oleh Novi ke kota malam harinya.
3 Agustus 2011
Hari pertama,
Kami merasa tidak perlu menghadiri Pembukaan pesantren kilat Ramadan di sekolah itu. Pembukaan itu sudah terasa melelahkan walau kami belum pergi ke sana. Apalagi pembukaan itu teramat formal yaitu dibuka oleh Departemen Agama. Menyeramkan. Walhasil agenda kami adalah mengunjungi rumah Chambol.
Ketika kami pergi mencari rumah Cambol, kami sempat berputar-putar di sekitar jalan kijang dan kantor BRI. Maklum, sahabatnya saja baru kali tersebut mengunjungi rumah Cambol. Padahal setiap hari ayahnya stay di dekat sana. Tapi akhirnya, Cambol menampakkan diri -pulang- sehingga pencarian berakhir.
Ternyata rumah yang memang diperkirakan sebagai tujuan kami benar-benar rumah Cambol. Rumah Cambol terlihat begitu asri dan teduh. Kami dipersilakan masuk ke dalamnya. Selain luas, rumah bertingkat dua ini berhasil menunjukkan bahwa pemiliknya bukan orang sembarangan bahkan pada bagian belakang rumah yang kami masuki tersebut. Wah, bagaimana dengan bagian depannya ya?
4 Agustus 20011
Walaupun aku sudah pernah mengajar pesantren kilat di Soppeng tahun lalu, namun untuk mengajar di sma unggulan Pinrang, agaknya aku sangsi. Terlebih kali ini aku harus dihadapkan dengan pengelola kegiatan yang berkarakter resmi dan salihah. Novi, dan Novi bukanlah orang yang setengah-setengah.
Perencanaan PSK ini saja sudah dipikirkan jauh-jauh hari bahkan berbulan-bulan lamanya. Serius, eksklusif, dan matang. Semua ditanganinya secara cermat agar pada pelaksanaannya kegiatan ini tidak mengalami kendala yang berarti. Dan itu cukup mendebarkan.
Memang, saat berangkat dan seterusnya sampai tiba di depan kelas aku tidak lagi begitu gugup. Namun saat memulai perkenalan, berdiri di depan kelas, dan memulai materi aku agak canggung. Aduuuhh.. untuk presentasi di kelas saja aku sering tidak percaya diri. Nah ini?? mengajar…!
“Betapa berat cobaan yang kuhadapi ini ya Allah..” gumamku dalam hati.
Waktu terus berjalan, dan waah.. ternyata aku bisa lebih dari yang aku bayangkan sebelumnya. Aku bukan tipe orang yang asyik tapi aku bersyukur, kali ini ruangan tidak lagi cuma bengong tanda tak acuh pada apa yang aku bawakan. Lama- kelamaan aku malah keasyikan membawakan materi dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seru dari mereka. Waduh, kapan giliran Ima tampil nih kalo gitu? Kan curang.. masa aku aja yang menikmati suasana seperti ini? aku kan gak egois.. (hehehe jangan diprotes ya!)
Selesai dibrondoli pertanyaan, aku dirolling ke ruangan empat. Awalnya aku takut dipatotoai karena dari luar mereka kedengaran usil dan suka menyoraki. Tapi kutabahkan hatiku, dan akhirnya berhasil. Menurutku mereka tidak seperti yang ada dalam bayanganku. Mereka hanya heboh saat berlomba mengajukan pertanyaan.
Aku juga agak terkesan waktu games, ngak tahu dari mana, mereka tahu jawaban seperdua games yang aku berikan. Emang sih itu dari salah satu lembaga bimbel, jadi ngak menutup kemungkinan mereka udah tahu dari bimbel tersebut.
Tapi diluar dari itu semua, aku lebih terkesan pada satu hal. Ini adalah rahasia yang berkaitan dengan him dan belum ku ceritakan pada siapa-siapa kecuali pada fb -di twitter cuma secara tersirat. Kan bahaya juga kalau dia sampe baca- jadi kurasa tak perlu dipublikasikan juga di sini karena di twitterku ada alamat blog ini.
5 Agustus 2011
Hari kedua kami terlambat. Kami sudah siap dari pagi, tapi mobil yang telat siap. Tapi ternyata teman kami yang bermalam di rumah Novi juga agak terlambat datang ke lokasi kok.  Hanya, tetap saja yang lebih terlambat harus tanggung resiko. Terutama aku,yang  harus memakai materi mentah sebagai bahan ajarku dan sekaligus bermasalah dalam penempatan ruangan. Haaahhhh.. kacau!
Selesai permasalahan, ada masalah lagi. Aku bingung, ngajarnya harus gimana? Masa iya aku harus ngomong kayak apa yang terketik di kertas robekan buku fiqih yang seabrek begitu? Akhirnya aku harus sedikit memberi jeda sebelum memutuskan apa yang harus aku sampaikan untuk mencari bagian pokok ajarnya. Hhhhuuufftt… vacum. Bikin turun kesan ajaa..
Tapi, giliran sesi pertanyaan ajah.. waduh.. kompak nian mengacungkan tangan..! Sampai-sampai panitia pendampingnya juga ikut nimbrung nanya. Apalagi diantaranya ada beberapa pertanyaan tingkat tinggi yang mestinya ditanyakan sama ustaz Jalal dalam acara tanya jawab. Jelas aku kelabakan menjawab banyak tanda tanya yang bermunculan itu.
“Aaaa… Novi, help me!!” jerit hatiku.
6 Agustus 2011
Hari terakhir, aku gak ngajar lagi sama Ima Zahra, teman kamarku itu. Tapi sama Muti dan tapinya masih harus dengan materi mentah. Arrrggggghhhhh!!! Kenapa sih harus aku lagi yang jadi korban? Novi! emangnya aku gak terhitung sebagai pengajar apa? Jadi aku gak dapat jatah kertas materi? Jahat banget sih! Mentang-mentang kemarin aku bisa? L
Yaaa.. tapi gak apa-apa karena aku ditempatkan di ruangan empat lagi. Ada kesempatan mencari tahu. Meski pun jujur, aku mau mencoba ruangan-ruangan baru supaya tambah banyak karakter dan individu yang aku lihat -meski lihatnya cuma sekilas-
Semua berjalan normal, meski ada insiden kecil tentang beberapa kalimat dalam materi taharah ini yang membuatku memalingkan wajah. Tapi mendinganlah.. karena kukira bakal ada lebih banyak singgungan yang lebih mengerikan. Tapi mereka ngak kayak gitu, bahkan kunilai mereka cukup santun menghargaiku sebagai pemateri mereka. “hormat grak!”
Selain itu, aku juga give thanks buat Kakanita, Muti, Sakinah dkk yang ambil alih forum saat mereka minta games lagi. Dan terpenting di sana aku dapat apa yang aku cari, meski belum memuaskan sih, sebenarnya..
Maka sesudah itu, aku minta ruangan baru -ngak maksa kok- sama Novi. Dan terkabullah.. aku memasuki ruangan baru lagi karena aku tukaran sama Rahmi beserta rekannya, Nina kembar.
Awalnya, mengecewakan, ruangan 10 alias kelas 10-10 ini kekurangan respon positif atas materi yang aku bawakan. Malah ada beberapa orang yang merapatkan diri ke meja. Vacum bin monoton nan membosankan. Yang ceweknya sih nurut, perhatian penuh ke aku. Tapi yang cowok mah bandell dell dell dell dell.. heh! mentang-mentang aku kesannya culun, alim, dan lemah! emang lo kira gue gak bisa marah apa??!! hahaha, tapi enggak kok, aku ngak jadi marah.. selain karena puasa, juga karena babak pertanyaan sudah dimulai…
Huuaahhh.. lagi-lagi sesi kesukaanku ini melepas kevacuman yang ku derita.. Mereka nanya macam-macam nih, sampe-sampe dari materi Qur’an yang kubawakan malah berbelok arah jadi masalah alam ghaib gitu… tapi biar deh, kan forumnya jadi heboh gara-gara pembahasan itu.
Nah, sepulang dari ngajar kami gak langsung pulang.. Kami berkunjung ke rumah neneknya Novi, tempat teman-teman Spexsolid yang lain berhunian sesak. Lebih 20 orang ada dalam satu rumah itu. Kebayang ngak? Padahal di sana cuma ada 2 kamar. Yah, kan di sana cuma tinggal kakek dan nenek Novi berdua. Dan juga, di sana kita mesti hati-hati loh.. banyak barang antiknya kata Yasmin, Ima, Deli… (gak tau siapa yang sebenarnya mengemukakan hal tersebut, aku ikut aja.. kan aku bukan mata orang kaya yang tahu mana barang antic mana bukan)
Maka, selanjutnya kami juga bermaksud berkunjung ke rumah Ifa Tono. Dia sudah pulang duluan dari ngajarnya di Soppeng.( Hmm.. tahun lalu gak ikut awal, tahun ini gak ikut akhir.) Padahal saat itu teman-teman Spexsolid di Soppeng lagi pergi ke Le’ja’. Bahkan kalau tidak salah mereka dalam perjalanan ke sana saat kami dalam perjalanan ke Ruba’e -rumah Ifton-.
Ternyata rumah ini sering kami lewati kok kalau mau ke sekolah di “kota”. Cuma kita aja yang gak tau kalau rumah berlantai keramik dengan dua mobil di garasinya itulah rumah  mantan teman kamar kami (14 D.M.) sewaktu kelas satu smp dulu.
7 Agustus 2011
Hari ini adalah hari penutupan pesantren kilat dan dijadwalkan juga ada acara buka puasa bersamanya. Kami berbuka puasa di tengah-tengah lapangan, dan kami serta para guru ditempatkan di depan memakai sajadah panjang sebagai tikar. Tidak ada es buah, kolak, maupun makanan pembuka lainnya. Tidak ada juga pengajian maupun moderator acara.  Nasi kotak –yang berubah wujud jadi nasi bungkus kalau ada di depan siswa sma 1 Pinrang-  dan aqua gelas saja yang tersedia. Sederhana nan simple.
Setelah itu salat Magrib, dan pulang… sudah, just it.. dan acara buka puasa selesai. Kami kembali ke rumah Irma, dan makan kue, tahu isi, cerita-cerita dll seperti biasa yang kami lakukan ketika malam. (Tapi setelah kunci rumah yang ngadat berhasil ditaklukkan sih..)
8 Agustus 2011
Hari kepulangan kami ke Makassar dimajukan beberapa hari lebih cepat dari waktu normal yang Novi tentukan. Kami tidak jadi mengajar smp. Teman-temanku merasa sudah lelah dan cukup mengajar tiga hari saja. Jadi, untuk ngajar lagi, sepertinya mereka jenuh. Lagi pula memang banyak temanku yang pulang duluan juga di rumah satunya. Dengan berbagai alasan tentunya.
Aku mau saja mengajar lagi.. tapi ada beberapa kendala yang menghambatku secara tragis. Salah satunya adalah kehabisan baju. Yaa.. begitulah susahnya kalau ingin berlama-lama di kota orang. Rencananya sih aku dan yang lainnya mau laundry, tapi ternyata tempat laundrynya kelamaan mencuci. Harus  4 hari untuk penyelesaiannya. Masa aku nunggu segitu lama? Bajuku yang sisa satu pasang (plus satu pasang lagi baju pulang) untuk perencanaan 3 hari sudah habis duluan lagii..
 Lagi pula aku merasa bahwa aku sudah rindu sekali dengan keluargaku di Makassar. Dan lagi mamaku memang menyarankan untuk pulang ke Makassar saja. . Jadi walaupun  aku ingin mengajar, aku tak bisa egois dan memaksa diri kecuali aku mau pake baju yang sudah pernah ku pakai mengajar di sma 1 untuk mengajar di sana. Aaah.. pokoknya ribet gak bisa aku jelasin satu per satu semua alasanku yang sudah kupertimbangkan itu.
Then, let’go to kota daeng! See you later Pinrang…:-)